Industri pakaian jadi pada kuartal I/2018 mengalami pertumbuhan ekspor sekutar 11 persen secara tahunan
(SPN News) Jakarta, (14/5/2018) Industri pakaian jadi pada kuartal I/2018 mengalami pertumbuhan ekspor sekitar 11% secara tahunan, yang didorong oleh permintaan Jepang dan Korea Selatan. Ade Sudrajat, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengatakan sejak tahun-tahun sebelumnya, permintaan kedua negara tersebut menjadi pendorong pertumbuhan ekspor.
“Selain itu, pertumbuhan tersebut merupakan hasil relokasi pabrik yang dilakukan 3 tahun lalu ke Jawa Tengah,” ujarnya Jumat (11/5/2018).
Perusahaan tekstil banyak yang relokasi ke provinsi Jawa Tengah selain karena upah minimum yang lebih rendah, di provinsi ini situasi relatif lebih kondusif apabila dibandingkan dengan Jabodetabek.
Terkait tujuan ekspor, Ade menyatakan kawasan Eropa merupakan pasar terbesar di dunia setelah China. Namun, produk tekstil Indonesia sulit menembus pasar Eropa karena dikenakan bea masuk sekitar 11% hingga 19%. Sementara itu, negara produsen tekstil lain seperti Vietnam, Bangladesh, dan Pakistan telah dibebaskan dari bea masuk.
“Harapan kami, pemerintah segera menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan Eropa untuk meningkatkan ekspor,” katanya.
Kendati ekspor pada kuartal awal tahun ini tumbuh sekitar 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Ade mengimbau para pelaku usaha untuk tidak cepat berpuas diri. Kompetensi sumber daya manusia (SDM) di sektor tekstil harus ditingkatkan supaya bisa memenuhi standar ekspor dan memiliki daya saing. Sepanjang tahun lalu, ekspor tekstil dan produk tekstil tercatat senilai US$12,53 miliar atau naik 5,95% dibandingkan tahun sebelumnya yang senilai US$11,83 miliar. Untuk tahun ini, ekspor pakaian jadi diperkirakan tumbuh 6% dibandingkan ekspor 2017.
Shanto dikutip dari Bisnis.com/Editor