Ilustrasi Foto Istimewa
Hilangnya kapal ikan KM Bali Permai 169 dengan 19 anak buah kapal (ABK) di Samudera Hindia pada Jumat (30/7/2021) lalu hingga kini masih menjadi misteri.
(SPNEWS) Jakarta, Hilangnya kapal ikan KM Bali Permai 169 dengan 19 anak buah kapal (ABK) di Samudera Hindia pada Jumat (30/7/2021) lalu hingga kini masih menjadi misteri. Sebelum hilang kontak, last known position (LKP) atau lokasi terakhir KM Bali Permai-169 berada di koordinat 29° 20.202′ S – 100° 55.074′ T atau berjarak sekitar 1.471 nautical mile (NM) dari Kantor SAR Denpasar dan 791 NM dari Perth, Australia.
Kepala Kantor Basarnas Bali, Gede Darmada mengatakan, lautan Samudera Hindia di mana terakhir kali KM Bali Permai 169 terpantau di radar merupakan kawasan yang sering terjadi badai. Ketinggian ombak atau gelombang bisa sampai 3 hingga 5 meter.
“Daerah Selatan sana (Samudera Hindia) semenjak Juli sampai November, angin cukup tinggi, gelombangnya bahkan mencapai 3 sampai 5 meter,” kata Darmada, saat ditemui di kantornya, (9/9/2021).
Darmada mengaku, pihak Basarnas Bali sudah memberikan peringatan kepada nelayan perihal ancaman yang akan dihadapi jika memaksa melaut. Namun, banyak dari nelayan itu, tak mengindahkan imbauan yang diberikan oleh Basarnas Bali.
“Kami agak sulit mengimbau nelayan, disisi lain ada nafkahnya di sana sehingga imbauan peringatan dini cuaca buruk tidak diindahkan kareana alasan mencari nafkah,” kata dia.
Sementara itu, lanjut dia, peralatan komunikasi yang ada di KM Bali Permai 169 tidak memadai.
“Kapal tidak dilengkapi telepon satelit, alat komunikasi tidak memadai, mestinya dilengkapi radio high frequency single sideband (SSB), tapi ternyata radio arus pendek yang hanya bisa berkomunikasi dengan kapal-kapal terdekat di tengah samudera,” tutur dia.
Selain itu, Darmada mengatakan, kapal itu juga tak dilengkapi alat pemancar bahaya. Padahal, alat itu, menjadi hal penting jika sewaktu-waktu kapal dalam keadaan darurat.
“Tinggal dinyalakan akan terpancar oleh satelit dan termonitor oleh Basarnas, setelah dikonfirmasi perusahaan memang tidak ada kelengkapan itu,” ujar dia.
Pihaknya pun mengaku kesulitan untuk memastikan apakah kapal ikan itu tenggelam atau atau terkena badai. Hal itu lantaran saat dilakukan pencarian di koordinat itu, tidak ditemukan puing-puing kapal yang tenggelam. Meski begitu, pihaknya tetap melakukan monitoring melalui vessel monitoring system (VMS) atau tracking pemilik kapal.
Hilangnya KM Bali Permai 169 pertama kali diterima Kantor Basarnas Bali pada Jumat (30/7/2021) siang pukul 11.30 Wita dari pemilik kapal yakni Made Yudiarta dari PT Putra Jaya Kota. Berdasarkan laporan yang diterima Basarnas Bali, kapal ikan tersebut berangkat dari Pelabuhan Benoa menuju fishing ground pada hari Sabtu (10/7/2021).
Baik perusahaan dan ABK terakhir berkomunikasi menggunakan radio pada Sabtu (24/7/2021). Kemudian, Selasa (27/7/2021) pukul 17.21 Wita, KM Bali Permai-169 sudah tak terdeteksi pada VMS atau tracking pemilik kapal.
KM Bali Permai 169 dengan call sign YE 4178 berukuran panjang 27,5 meter dan lebar 7,65 meter itu dinyatakan hilang kontak (lost contact). Meski telah dilakukan pencarian, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) bersama JRCC Australia serta stakeholder terkait belum menemukan keberadaan kapal.
SN 09/Editor