Di tahun 2018 ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia genap berusia 73 tahun. Tentu saja kemerdekaan ini dicapai berkat jasa dan pengorbanan dari para pahlawan Indonesia. Tentu kita sebagai generasi muda harus dapat menjaga dan mempertahankan kemerdekaan serta mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya.

Seperti juga yang terjadi di seluruh dunia bahwa yang menjadi penggerak dan yang mendominasi perjuangan dalam melawan penjajah adalah generasi muda. Oleh karena itu sebagai generasi muda sekarang ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai cara kita dalam mengisi kemerdekaan.

Adalah hal-hal buruk yang harus ditinggalkan oleh generasi muda dalam mengisi kemerdekaan adalah :

1. Malas belajar, kurang menggali potensi diri. Rasa malas adalah musuh terbesar setiap orang, apalagi dalam belajar. Banyak generasi muda sudah merasa cukup dengan menempuh pendidikan di sekolah formal. Asal mengerjakan tugas, ikut ujian dan dapat nilai. Padahal belajar itu tidak cuma sekedar mendapat ijazah. Hidup bermasyarakat ini adalah sekolah yang sebenarnya, tempat di mana kita bisa menggali potensi diri sebebas-bebasnya. Merdekakan pola pikir dan menggali pengetahuan sebanyak yang kita bisa.

2. Semangat berkarya rendah, apalagi jika gak langsung terasa hasilnya. Selagi masih berusia muda, maksimalkan dirimu dalam berkarya. Jangan mencemaskan apresiasi, konsistensimu pasti membuahkan hasil suatu saat. BJ Habibie misalnya, butuh waktu bertahun-tahun untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia atas karyanya di bidang dirgantara. Atau Gita Savitri, influencer muda yang kini dikenal berkat konten-konten positifnya. Gita awalnya haya seorang mahasiswa biasa. Niat kuatnya untuk terus berbagi informasi positif di dunia pendidikan kini membesarkan namanya. Tapi kita tidak perlu jadi seperti BJ Habibie atau Gita Savitri. Cukup jadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Kenali potensi yang ada dalam diri, lalu iringi dengan usaha maksimal.

Baca juga:  PT INDRAWAN PERKASA INHU DIDUGA MELAKUKAN PHK DAN MUTASI SEPIHAK

3. Mudah dipengaruhi orang lain. Kita belum merdeka dalam bertindak, jika masih mudah terkena pengaruh orang lain. Bedakan dengan terinspirasi, ketika melihat prestasi seseorang lalu membuat semangatmu terpacu. Lebih selektif lagi dalam menentukan sikap. Jangan takut berbeda, selama yang kita lakukan itu berdampak positif bagi lingkungan sekitar. Gak selamanya ikut-ikutan tren itu hasilnya keren.

4. Menutup mata dari lingkungan sekitar, kecuali ada untungnya buat diri sendiri. Kini rasa peduli makin mahal harganya. Orang-orang makin acuh tak acuh pada lingkungan sekitar, kecuali menyangkut kepentingan pribadinya. Kita sebagai generasi muda jangan ikut bersikap seperti ini. Tunjukkan kepedulian kita sekecil apa pun itu. Lebih peka lagi dengan fenomena yang terjadi di sekitar. Katanya anak muda itu agen perubahan kan?

Baca juga:  APINDO TOLAK PROGRAM TAPERA

5. Menyuburkan bibit kebencian di sosial media. Di zaman sekarang ini susah rasanya melepaskan diri dari sosial media. Selalu ada keinginan untuk mendapat informasi baru dari sana. Adanya sosial media ditujukan sebagai ruang bebas berekspresi. Tapi ingat, kebebasannya harus bertanggung jawab. Sayangnya, sosial media kini jadi lahan subur untuk menumbuhkan kebencian dan hal negatif. Nyaris setiap detik selalu terjadi pertengkaran antar pengguna di kolom komentar. Kita harus menggunakan media sosial dengan baik dengan dengan tujuan agar nilai positifnya bisa dimaksimalkan. Coba deh renungkan, jika di dunia nyata saja sudah banyak perpecahan, buat apa sih menambah musuh di dunia maya?

6. Masa bodoh terhadap praktik pemerintahan. Hal ini masih banyak dilakukan generasi muda. Mereka bersikap masa bodoh pada praktik pemerintahan. Menjadi warga negara pasif yang gak mau tahu dengan perkembangan negeri ini. Jangan tutup mata, anak muda juga harus berpartisipasi dalam praktik pemerintahan. Banyak bentuk kegiatan yang bisa dilakukan, misalnya dengan menyukseskan program yang berkaitan dengan generasi muda. Pemerintah daerah punya anggaran khusus kegiatan anak muda. Ada yang diberikan lewat Karang Taruna maupun pengajuan proposal sendiri oleh komunitas. Peluang bagus nih buat kita yang punya komunitas positif.

Shanto dari berbagai sumber/Editor