Ilustrasi
(SPNEWS) Jakarta, kalau kita menelaah UU yang ada baik UU No 13/203 tentang Ketenagakerjaan maupun UU No 11/2020 tentang Cipta Kerja yang telah merevisi UU No 13/2003 harusnya pekerja tidak memungkinkan untuk bekerja dengan status Pekerja Kontrak, atau Perjanjian KErja Waktu Tertentu (PKWT).
Apabila kita membaca secara seksama isi UU No 11/2020 Pasal 59 yang berbunyi :
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu sebagai berikut :
- Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
- Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama;
- Pekerja yang bersifat musiman;
- Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan: atau
Pekerjaan yang jenis dan sifat atau kegiatannya bersifat tidak tetap.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan, jangka waktu, dan batas waktu perpanjangan perjanjian kerja waktu tertentu diatur dalam Peraturan Pemeritah.
Kalau kita menelaah Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2) di atas, maka jelas dikatakan bahwa pekerjaan – pekerjaan yang bersifat tetap dan terus menerus tidak dapat dikenakan status PKWT. Jadi jelas bahwa pekerjaan – pekerjaan di pabrik seperti menjahit, motong kain, paking, bahkan security sekalipun tidak dapat dikenakan status PKWT karena pekerjaannya adalah bersifat tetap dan terus menerus. Apakah ada satpam yang hari senin kerjanya sebagai tenaga security kemudian pada hari selasanya kemudian menjadi tukang masak atau tukang kebun ?, kan tidak, seorang satpan dalam prakteknya akan terus bekerja sebagai satpam dan berlangsung secara terus menerus. Apalagi pada pekerja yang berada di area ruang produksi. Apakah pernah, misalnya seorang operator jahit kemudian esok harinya menjadi tukang las ?, kan tidak, maka jelas lah bahwa pekerjaan – pekerjaan yang bersifat terus menerus dan tetap tidak dapat di PKWTkan.
Jadi di sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa selama ini sering terjadi salah kaprah dalam praktek pelaksanaan PKWT. Sering kali orang terpaku kepada waktu pelaksanaanya tetapi bukan kepada norma dan syarat pekerjaan tersebut dapat di PKWT kan. Oleh karena itu penting sekali bagi semua orang umumnya dan serikat pekerja/serikat buruh khususnya bahwa pekerjaan yang berlangsung terus menerus dan atau pekerjaan itu ada terus serta dikerjakan secara berkelanjutan adalah TIDAK BOLEH diPKWTkan dan secara otomatis menjadi pekerja dengan status PKWTT atau pekerja tetap.
SN 09/Editor