Gambar Ilustrasi

Konflik dapat terjadi di manapun dan menimpa siapapun yang memiliki kepentingan

(SPN News) Jakarta, Konflik atau perbedaan pandangan adalah hal biasa. Konflik dapat terjadi di manapun dan menimpa siapapun yang memiliki kepentingan atau memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda. Di serikat pekerja/serikat buruh konflik bahkan tak dapat dipisahkan dari keseharian kerja organisasi ini. Permasalahan selalu muncul dan kerap kali tercampur antara yang organisasional dengan yang personal. Tentu hal ini pun berlaku di banyak organisasi atau kelompok kepentingan lain.

Beberapa hal yang menjadi faktor pendorong terjadinya konflik antara lain adanya perbedaan pendapat dan pandangan, perbedaan tujuan, ketidaksesuaian cara pencapaian tujuan, ketidakcocokan perilaku, pemberian pengaruh negatif dari pihak lain pada apa yang akan dicapai oleh pihak lainnya, persaingan, kurangnya kerja sama, dan lain-lain.. Adapun tahapan-tahapan proses konflik bisa bermacam-macam. Yang secara umum terjadi biasanya diawali dengan tahapan oposisi atau ketidakcocokan yang akhirnya menciptakan kondisi yang memicu konflik yang pada gilirannya akan mengancam kinerja dan eksistensi organisasi.

Baca juga:  JELANG AKSI 03, BURUH TANGERANG BAGIKAN SELEBARAN

Tahap kedua yang umum terjadi adalah konfrontasi. Pada tahap ini konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya. Kadang pertikaian atau kekerasan pada tingkat rendah lainnya terjadi diantara kedua pihak. Masing-masing pihak mungkin mengumpulkan sumber daya dan kekuatan dan mungkin mencari sekutu dengan harapan dapat meningkatkan konfrontasi dan kekerasan. Hubungan di antara kedua pihak menjadi sangat tegang.

Dalam konflik antar-serikat buruh seringkali terjadi pada tahap awal pembentukan serikat pekerja/serikat buruh baru. Alasan dari pembentukan sp/sb baru ini biasanya karena didorong oleh rasa kecewa dan akhirnya mendorong sikap oposisi terhadap sp/sb yang sudah ada. Setelah tahapan ini terjadi tahapan selanjutnya yang muncul adalah konfrontasi, yang mana dalam tahap ini sp/sb akan menuntut agar perusahaan mengakui keberadaan sp/sb mereka beserta anggotanya dan juga akan muncul tuntutan sp/sb mana yang paling mayoritas.

Baca juga:  AUDENSI SPN KABUPATEN MOROWALI DENGAN BUPATI

Oleh karena itu penting sekali diperhatikan oleh setiap pengurus sp/sb adalah terus menerus mengingat fungsi dan tujuan dari sp/sb sehingga sedini mungkin bisa meminimalisir konflik yang mungkin terjadi. Karena sejatinya sp/sb dibentuk adalah untuk mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh anggota bukan hanya kesejahteraan segelintir elit pengurusnya saja.

SN 04/Editor