Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal I/2018 yang mencapai 5,06 persen, pencapaian ini lebih baik dibanding kuartal I 2017 yang sebesar 5,01 persen, kuartal I 2016 sebesar 4,94 persen dan 4,83 persen di periode yang sama pada tahun 2015

(SPN News) Jakarta, (10/05/2018) Realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2018 ini di bawah prediksi Bank Indonesia (BI) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Sebelumnya, BI memprediksi pertumbuhannya bisa mencapai 5,1 persen, sedangkan Sri Mulyani memprediksi 5,2 persen. Pertumbuhan ekonomi ini didukung oleh faktor global seperti harga komoditas internasional meningkat. Di antaranya, harga migas dan non migas di pasar internasional mengalami peningkatan baik, realisasi penanaman modal yang tumbuh 11,8 persen secara tahunan pada kuartal I/2018.

Baca juga:  AKANKAH PERMENAKER NO 2/2022 TENTANG JHT DIREVISI?

Sementara faktor domestik yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah inflasi di kuartal I/2018 yang masih terkendali di angka 3,4 persen, kenaikan belanja pemerintah di sektor produktif mencapai Rp 419,06 triliun atau naik dibanding periode yang sama yaitu Rp 400,04 triliun.

Realisasi penanaman modal yang tercatat di BKPM (PMA dan PMDN) pada triwulan I/2018 sebesar Rp. 185,3 triliun atau naik sebesar 3,2 persen dibanding kuartal yang sama pada tahun 2017. Kendati demikian, kenaikan ini tidak terlalu berpengaruh besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Dimana jumlah penduduk yang bekerja dan menjadi seorang buruh sebagai pekerjaan utamanya hanya meningkat 0,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Baca juga:  PELANTIKAN PENGURUS PSP SPN PT SINARUP JAYA UTAMA PERIODE 2019 - 2022

Ini berarti jumlah angkatan kerja tidak bisa diserap sepenuhnya. Jumlah pengangguran di perkotaan lebih tinggi 2,62 persen dibanding di pedesaan yang hanya sebesar 3,72 persen. Tingkat pengangguran tertinggi berdasarkan pendidikan terdapat pada jenjang pendidikan SMK yaitu sebesar 8,92 persen. Sementara itu jumlah tingkat pengangguran tertinggi tercatat di provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 8,16 persen sedangkan tingkat pengangguran terendah ada di Provinsi Bali sejumlah 0,86 persen.

Dede Hermawan, Jakarta 2 (sumber : Rilis Resmi BPS 7 Mei 2018)/Editor