(SPNEWS) Jakarta, (18 Juni 2023) Bertempat di Hotel Bidakara, Jl Gatot Subroto kav 71-73 Dewan Pimpinan Pusat (DPP) SPN menyelenggarakan Dialog Publik bertajuk ” Menuju Jaminan Sosial Semesta Sepanjang Hayat atau yang biasa dikenal JS3H”.

Acara ini dihadiri oleh beberapa narasumber atau tamu undangan seperti Anis Rasyid Baswedan (Gubernur DKI Jakarta 2017-2022), Kunto Wibowo (Deputi Direktur Kebijakan Operasional Program) BPJS Ketenagakerjaan, Jumhur Hidayat (Peneliti Senior Cides), Mirah Sumirat (Presiden Aspek Indonesi, serta Ketua Umum Serikat Pekerja Nasional (SPN) Djoko Heriyono selalu Tuan Rumah, dan beberapa perwakilan organisasi serikat buruh lainnya.

Ketua Umum Serikat Pekerja Nasional (SPN) Djoko Heriyono dalam penjelasannya menyampaikan negara harus bisa menjamin dengan program yang digagas SPN yaitu Jaminan Sosial Semesta Sepanjang Hayat (JS3H).

Baca juga:  HADAPI PENYEBARAN COVID-19, PEMERINTAH AKAN PERCEPAT VAKSINASI

“Pada prinsipnya kita kan menghendaki nanti maternitas, keperawatan dan anak, dan kompensasi untuk pekerja perempuan dan cuti itu maksimal 6 bulan itu harus dibayar, yang bayar itu siapa yang bayar itu nanti sistem jaminan sosial, Begitu juga para pekerja yang mengalami kecelakaan kerja meninggal dunia itu secara otomatis, masuk usia pensiun masuk usia lansia, jaminan hari tua dan PHK, pesangon itu otomatis mereka akan mendapatkan skema skema jaminan sosial semesta sepanjang hayat yang bentuknya adalah jaminan pengangguran, jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan pesangon maka dari awal dia lahir sampai dengan meninggal dunia semuanya akan tertutupi resiko resiko pembiayaan itu oleh sistem jaminan sosial ” ucapnya.

Baca juga:  MASALAH HUBUNGAN INDUSTRIAL DAPAT MUNCUL KARENA BERBAGAI SEBAB

Anis Rasyid Baswedan saat ditanyakan pandangannya terkait jaminan semesta sepanjang hayat menyatakan

“Ini sangat menarik sebagai sebuah gagasan dan perlu kita eksplor detilnya seperti yang tadi saya sampaikan kita tidak ingin seolah negara yang paling tahu seluruh kebijakan karena negara memiliki dua hal yaitu satu otoritas, dua kemampuan fiskal tapi tiga hal yang lain ide gagasan inovasi biasanya itu didapatkan dari masyarakat, dua problem lapangan biasanya didapatkan dari pengguna, pengguna itu siapa yaitu masyarakat, inovasi juga begitu nah bila lima hal ini menjadi satu maka pendekatan ya adalah kolaborasi, kalau negara hanya mengerjakan semuanya sendiri maka hampir pasti tidak akan ada inovasi sudah pasti tidak ada kebaruan ” pungkasnya.

SN 19/Editor