Intensitas hujan yang tinggi membuat beberapa wilayah di Yogyakarta mengalami banjir dan tanah longsor.
(SPN News) Yogyakarta, hujan yang mengguyur sejak pagi sampai dengan sore hari di Yogyakarta pada 28 November 2017 menyebabkan beberapa wilayah mengalami banjir serta tanah longsor, Tak terkecuali dikawasan industri Piyungan yang berada di desa Sitimulyo Bantul. Sekitar pukul 10.30 WIB air hujan mulai masuk menggenangi beberapa pabrik yang ada di kawasan industri tersebut, sampai menjelang sore air baru mulai surut di beberapa lokasi
Banjir yang melanda kawasan industri tersebut di sebabkan oleh tingginya intensitas hujan yang turun sejak pagi hari, sedangkan saluran air di sisi jalan tidak cukup besar untuk dilalui air hujan sehingga menyebabkan air meluber kejalan serta ke pabrik – pabrik yang terletak lebih rendah dari jalan utama. Sedikitnya lima perusahaan kulit di kawasan tersebut tergenang air sehingga menyebabkan beberapa sempat menghentikan kegiatan produksinya karena air masuk ke ruang produksi.
Banjir kali ini adalah pertama kalinya terjadi pada musim hujan ini. Kawasan industri ini memang lebih rentan terdampak banjir ketika hujan lebat turun karena letaknya yang lebih rendah dari pada jalan utama di kawasan tersebut.
“ini pertama kalinya banjir seperti ini sejak saya kerja di pabrik ini selama 14 tahun, kalau dulu sebelum saluran air diperbesar memang setiap hujan agak lebat sedikit langsung air dari saluran meluap kejalan dan pabrik –pabrik sekitar sini tapi tidak sebesar ini”, ujar Ali Sadikin karyawan PT ASA.
“ Tadi di gudang chemical air sekitar 10 cm, terus di toggle belakang sampai sekitar 50cm”. imbuhnya.
Hujan yang mengguyur Daerah Istimewa Yogyakarta sedikit banyak juga dipengaruhi adanya Badai Cempaka di perairan selatan pulau Jawa sebagaimana yang disampaikan oleh kepala operasional stasiun Klimatologi BMKG DIY, Djoko Budiyono kepada detikcom melalui pesan tertulisnya, “Munculnya Badai Cempaka di perairan Selatan Jawa mengakibatkan area belokan angin yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan”. (detik.com 28/11/2017)
Heri Purwanto Yogyakarta 1/Editor