(SPN News) Kaum buruh dituntut untuk berfikir, bersikap, bertindak secara nalar dan kritis. Hal ini bisa terjadi apabila buruh memiliki kesadaran. Kesadaran untuk berpikir kenapa buruh selalu mendapatkan bagian yang paling kecil dari keuntungan pabrik/perusahaan. Buruh harus merasa terganggu dan melawan apabila mereka dihalang-halangi dalam berorganisasi karena akan mengurangi nilai tawar mereka. Kalau buruh tidak memiliki kesadaran tersebut maka memaknai segala sesuatu itu dengan tumpul, mereka baru sadar bahwa mereka tidak emiliki apa-apa setelah dipecat, dipotong atau bahkan tidak dibayar upahnya atau dipensiunkan tanpa uang pesangon dengan berbagai macam alasan.
Kesadaran ini tentu saja tidak akan sama terhadap semua orang yang akhirnya akan menimbulkan berbagai persepsi yang berbeda-beda pula. Seringkali buruh memposisikan dirinya sebagai orang miskin yang akhirnya mau dibayar dengan upah seadaanya/upah murah. Selain itu sistem yang ada akan membuat buruh itu selalu miskin dengan berbagai macam peraturan dan alasan yang membuat posisi buruh selalu lemah baik ketika menjadi alat produksi terpenting perusahaan maupun sebagai warga negara.
Dalam menumbuhkan kesadaran ini tentu saja kita sering menemui orang yang sok memahami realistis. Orang-orang ini akan berkata “realistis saja, masih untung kita masih bekerja, diterima saja, bersyukur”. Atau “sudahlah jangan dilawan, ingat pengusaha itu yang mempunyai uang dan bla…bla…”. Perkataan diatas kalau kita telah memiliki hikmah yang palsu karena pada dasarnya perkataan itu mengambarkan secara nyata kalau yang mengatakan tersebut merasa senang ada orang lain yang susah atau setidaknya dia mengatakan hal tersebut untuk menghibur dirinya sendiri. Kalau perkataan yang kedua malah lebih parah karena menggambarkan rasa frustasi. Kedua ekspresi perkataan tersebut pada dasarnya menggambarkan ketidak pahaman bahwa sebenarnya buruh itu merupakan faktor penentu dan yang dominan didalam sistem produksi maupun aktivitas ekonomi. Apakah mereka pernah berpikir bagaimana jadinya mesin-mesin produksi itu tanpa digerakkan oleh buruh, apakah barang-barang produksi seperti kain, baju, sepatu dll itu dapat terwujud tanpa kerja dari buruh?.
Buruh adalah asset utama dalam produksi, asset yang harus dihargai dan asset yang paling penting dalam kegiatan produksi. Sejatinya pengusaha pasti tidak ingin kehilangan buruh-buruhnya apalagi buruh-buruh yang terampil, oleh karena itu penting sekali bagi buruh untuk menyadari betapa pentingnya mereka, menyadari betapa mereka itu sangat menentukan dalam proses produksi. Yang penting adalah bagaimana agar kaum buruh itu bersatu padu agar mereka dapat menaikkan nilai tawar mereka dihadapan pengusaha/korporasi sehingga keberadaan mereka akan selalu dibutuhkan dan diperhitungan serta yang paling penting tidak dianggap remeh sehingga dibayar dengan murah. Ingat hanya kekuatan massa buruh saja yang hanya dapat mengimbangi kekuatan uang pengusaha.
Shanto dari berbagai sumber/Coed