​(SPN News) Jakarta, setiap tanggal 2 Mei kita memperingati hari pendidikan nasional. Tanggal 2 Mei merupakan tanggal lahirnya Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Seowardi yang merupakan pelopor pendidikan di Indonesia. Beliau telah mendedikasikan dirinya untuk pendidikan di negeri ini. Sejarah mencatat pada tahun 1922 beliau mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, sebuah institusi sekolah bagi rakyat Indonesia.
Sebuah perjuangan yang tidak mudah. Pada masa itu bangsa Indonesia berada dalam cengkraman penjajah Belanda, sehingga mayoritas rakyat Indonesia belum menikmati pendidikan yang layak,  hanya rskyat Indonesia dari golongan tertentu saja yang bisa menikmati pendidikan walaupun masih juga ada keterbatasan, karena pada dasarnya pemerintah Hindia Belanda tidak ingin rakyat Indonesia menjadi pintar. Pada masa itulah Ki Hajar Dewantara tampil untuk mendobrak segala tembok yang menghalangi bangsa Indonesia agar mendapatkan pendidikan, demi lahirnya generasi baru yang akan berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Hari ini kita sudah merdeka, sudah menikmati kebebasan walaupun belum menikmati keadilan secara utuh. Kita masih sering melihat masih banyak generasi muda masa depan bangsa ini belum menikmati pendidikan yang layak. Masih banyak anak-anak buruh, petani, nelayan dan rakyat miskin yang masih bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Bagaimana bangsa ini akan meraih kemajuan dan masa depan gilang gemilang kalau anak-anak generasi masa depan bangsa ini masih khawatir dengan sekolahnya ?, sampai jenjang apa pendidikannya ?, apakah anak-anak buruh, petani, nelayan dan rakyat jelata bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi?. Sementara itu nasib guru-guru honorer yang bertanggung jawab untuk mendidik generasi penerus bangsa ini juga masih gamang dengan masa depannya. Bagaimana mereka bisa mencetak generasi bangsa yang unggul sementara mereka sendiri masih harus berjuang “Mengakali” kehidupannya agar bisa hidup dengan layak. Mereka harus berjuang agar status mereka tidak sekedar guru honorer yang menerima upah seadanya, upah yang jauh dari kata cukup apalagi layak!.

Baca juga:  TURNAMEN FOOTSAL CHEETAH CUP 2018

Nasib negara ini berada ditangan generasi muda penerus bangsa. Berada ditangan anak-anak kita, anak-anak buruh yang masih sulit untuk mendapatkan pendidikan tinggi karena ketidak mampuan finansial orang tua mereka. Bagaimana buruh bisa menyekolahkan anak-anak mereka sementara penghasilan mereka masih hanya berkutat untuk keperluan dapur saja. Karena itu upah buruh bukan hanya sekedar upah yang bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka tetapi juga harus bisa menjamin keberlangsungan pendidikan anak-anak buruh yang secara tidak langsung memegang masa depan dan keberlangsungan bangsa Indonesia.

Sudah selayaknya pemerintah menyelesaikan semua permasalahan ini, jadi jangan sampai hari pendidikan nasional hanya menjadi hari yang diisi dengan acara seremonial tanpa adanya solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan di dunia pendidikan. Generasi muda yang berkualitas akan menentukan nasib bangsa ini dikemudian hari, apakah akan menjadi bangsa pemenang atau menjadi bangsa pecundang.

Baca juga:  PEKERJA HARIAN LEPAS

Shanto/Jabar 6/Coed