Foto Tangkapan Layar Podcast

(SPNEWS) Serang, Puji Santoso, Ketua Bidang Politik dan Hubungan Kelembagaan DPP SPN mengungkapkan fakta baru di balik kerusuhan PT GNI atau Gunbuster Nickel Industry antara pekerj asing (Cina) dengan pekerja lokal di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Di antaranya kecelakaan kerja yang parah dan larangan berserikat.

“Saya tidak tahu lagi harus bicara dengan siapa, karena semua saluran hingga tingkat menteri sudah dikemukakan. Tetapi responnya sungguh menyedihkan,” kata Puji Santoso yang berbicara di BantenPodcast dengan host Ikhsan Ahmad, (4/2/2023).

Dalam Chanel Youtube BantenPodcast, Puji Santoso menunjukan beberapa gambar mengerikan yang disebut bagian kecil dari dokumen milik SPN terkait kerusuhan PT GNI.

Di antaranya gambar seonggok daging yang dikatakan sebagai daging manusia. “Ini kecelakaan pekerja lokal yang masuk mesin. Hingga sekarang tidak ada penyelesaian dan perhatian dari PT GNI,” katanya.

Gambar lainnya adalah seorang pekerja lokal yang tewas karena hangus terbakar. Beberapa anggota tubuhnya hilang dan mengering.

“Yang paling sering terjadi, datanya mencapai puluhan adalah pekerja yang terlindas dumptruck. Tidak ada penanganan apapun atas peristiwa-peristiwa tersebut,” ujarnya.

Eksacavator di salah satu gunungan tumpukan tanah, nyangkut sesuatu tidak bisa ditarik. Ternyata di dalam tumpukan ada eksavator dan operatornya. Kasus-kasus ini sudah diadukan, namun sampai sekarang tidak ada respon dari pemerintah daerah.

Ini salah satu kejadian K3. ini sebagian kecil dokumen yang diperlihatkan. “Ini manusia, bagaimana kawan-kawan kami jengkel, marah, GNI tidak perduli. Sampai sekarang tidak upaya apapun terhadap para karyawan. Ini sudah kami laporkan ke Menaker dan pihak lain,” katanya.

Ada situasi-situasi yang bisa diantisipasi dengan sistem K3, sering didingatkan. Ini data di atas 10 yang terdokumentasi, belum lagi kecelakaan yang tidak terdokumentasi.

Anehnya, keluarga hanya komplain, tidak melakukan apa pun. “Saya tidak tahu apakah ada tekanan terhadap keluarga atau tidak,” kata Puji.

Anti Berserikat

Kata Puji, masalah utama yang melatarbelakangi kerusuhan pekerja lokal dengan asing (Cina) adalah kecelakaan dan keselamatan kerja (K3) dan tuntutan berserikat.

Khususnya terkait larangan untuk berserikat oleh manajemen PT GNI. “Saya punya dokumen surat dari PT GNI ke disnaker setempat agarmencabut pencatatan SPN di dinas tersbut,” katanya.

“Saya bisa membuktikan bahwa manajemen PT GNI itu anti berserikat. Dan, ini melanggar undang-undang yang Indonesia telah meratifikasi di ILO. Juga PT GNI melanggar Undang-undang K3 tahun 1970-an,” ujarnya.

SPN di PT GNI sudah memiliki register dan memenuhi undang-undang, termasuk pencatatan di dinas tenaga kerja setempat.

Baca juga:  LEMAHNYA PELAKSANAAN K3 DIDUGA JADI BIANG KEROK KECELAKAAN KERJA DI PT IRNC

Beberapa persoalan K3, pengurus SPN di PT GNI sudah bukan sekali dua kali mengajak berunding, berbicara menyelesaikan persoalan dengan pengusaha PT GNI. Ini ditolak mentah-mentah. Alasan tidak jelas, sampai sekarang tidak mengakui keberadaan SPN.

Anti berserikat manajemen PT GNI itu berbuntut dengan di-PHK-nya banyak pengurus dan anggota yang tergabung dengan SPN.

“Beberapa waktu mengeluarkan surat formulir, ada 4.000 orang, namun dikembalikan hanya beberapa ratus formulir saja. Diduga para pengawas di PT GNI itu dari TKA memberikan ancaman kepada para pekerja lokal soal resiko bergabung dengan SPN. Identifikasinya helm berwarna biru,” ujarnya.

Parahnya, setelah kasus ini ramai, mereka sampai hari ini tidak berhenti mem-PHK dengan berbagai alasan. Antara lain end contract, karena PT GNI menerapkan PKWT (perjanjian kerja waktu tertentu) sesuai UU Cipta Kerja (Omni Bus Law).

DPP SPN juga punya bukti bahw bagian HRD memaksa pekerja untuk membuka ponsel. Jika dalam ponsel itu terdapat hubungan dengan SPN, maka tinggal tunggu waktu pekerja itu di-PHK.

Ketimpangan Upah

Ketimpangan soal upah, karyawan PT GNI berbeda. Lokal Rp3-4,5 juta, tapi TKA Cina bisa belasan juta rupiah. Padahal sama-sama operator eksavator. “Skill yang mana yang membedakan antara TKA dan TK Cina? Bahkan TK Cina tanpa skill pun ada, kami punya buktinya,” kata Puji.

“Silakan kompare data dengan SPN, jika fakta-fakta yang saya ajukan di sini tidak cocok dengan pandangan pihak lain. Harus diingat kami bukan rasis Cina atau bukan, tetapi perusahaan itu harus mematuhi aturan yang berlaku di negeri ini,” katanya.

Kenapa semua tutup mata? “Ini saya sedang dicari, ada kesepahaman dan konspirasi apa harus mengorbankan anak bangsa. Sehingga terjadi penyerangan TKA ke tenaga kerja lokal. Kami mogok bukan sekali, dua kali. Kami menempuh mekasme undang-undang,” katanya.

Puji Santoso meragukan pernyataan bahwa TK Cina mentransfer teknologi ke pekerja lokal. “Faktanya, skill tenaga kerja lokal tidak jauh berbeda,” ujarnya.

Soal Kerusuhan

Puji mengatakan, SPN memiliki dokumentasi bahwa tidak ada pemaksaan dalam aksi demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan di PT GNI. Bahkan pengurus SPN menjemput anggotanya yang tidak bisa ke luar karena dihalangi-halangi.

“Kami juga punya dokumentasi bahwa kawan-kawan kami dalam kerusuhan PT GNI dihantam dengan potongan besi, motor dihajar dirusak dan tindakan penyerangan dari TK Cina,” katanya.

Hingga sekarang motor-motor yang dirusak yang diduga oleh pekerja Cina tidak diketahui keberadaannya. “Saya menduka ada upaya penghilangan barang bukti. Saya punya dokumentasi kawan-kawan terluka tergoreng, luka lebam dan tersobek akibat benda tajam,” katanya.

Baca juga:  DPP Serikat Pekerja Nasional Dukung Hanum Zahra Fawwazyanti di PON XXI Aceh dan Sumut

“Kalau dikatakan tidak ada penyerangan TKA terhadap tenaga kerja lokal, mari kompare data, fakta dan keterangan yang kami punya. Mari cari kebenaranya. Kami tidak tahu di mana rumah dukanya,” katanya.

Puji mempertanyakan penyebab meninggalnya pekerja Cina dan 2 pekerja lokal yang dilansir kepolisian dan pihak lainnya.

“Meninggalkanya mereka itu kenapa? Karena benda tajam atau sakit. Padahal mereka sudah visum. Sampai detik ini, tidak ada satu pun TKA Cina yang diperiksa atau ditahan,” katanya.

Yang membuat sedih, beberapa saat kemudian bahwa GNI menyatakan tenaga kerja lokal yang meninggal bukan tenaga kerja GNI.

Mengadu Domba

Puji Santoso juga mengemukakan kesedihan dan keprihatinan karena paska kerusuhan muncul upaya mengadu domba antara pekerja lokal. Bukti adu domba itu berupa munculnya pengumuman atau sayembara dari manajemen.

“Kira-kira bahasanya begini. Barangsiapa bisa menunjukan orang-orang yang ikut aksi yang di bawah komando serikat pekerja akan diberikan hadiah,” katanya.

DPP SPN kembali menegaskan sikap bahwa organisasi serikat pekerja ini bukan anti asing atau rasis terhadap Cina. “Kami tidak anti tenaga kerja asing, hanya investor dari negara mana pun ketika ke Indonesia harus mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,” ujarnya.

Katanya, persoalan yang menimpa PT GNI di Morowali Utara tidak lah rumit dan panjang. “Kasus ini sederhana, tidak perlu menjadi masalah nasional kalau dinas tenaga kerja setempat dan provinsi menjalankan aturan dengan benar,” katanya.

Penyataan GNI

Sebelumnya, PT GNI atau Gunbuster Nickel Industry menyatakan prihatin atas peritiwa bentrok pekerja yang menewaskan 3 orang terdiri dari 2 WNI dan 1 WNA pada Sabtu (14/1/2023) di lokasi proyek di Marowali Utara, Sulawesi Tengah (Sulteng).

Dalam siaran pers PT GNI yang dikutip MediaBanten.Com, Senin (16/1/2023) menyatakan, peritiwa itu tidak hanya berdampak bagi perusahaan, melainkan juga bagi masyarakat sekitar lokasi proyek (Baca: PT GNI Prihatin Soal Bentrok Pekerja Berbuntut 3 Tewas).

“Perusahaan bersama-sama dengan aparat penegak hukum langsung melakukan investigasi yang mendalam dan mengusut tuntas seluruh kejadian yang menimbulkan kerugian bagi semua pihak baik kerugian materiel, imateriel, hingga jatuhnya korban jiwa,” tulis siaran pers atas nama Direksi PT GNI.

Katanya, selama investigasi berlangsung, perusahaan berharap agar seluruh pihak dapat menahan diri dan berpikir jernih dalam mengolah informasi yang beredar, khususnya mengenai pemberitaan yang simpang siur, yang berpotensi menimbulkan persepsi yang keliru atas peristiwa yang terjadi.

Editor