Ilustrasi

(SPNEWS) Jakarta, Serikat Pekerja Nasional (SPN) membantah adanya PHK massal pada industri tekstil dan sepatu, seperti yang dilaporkan beberapa pihak belakangan ini.

Sebagai informasi, SPN merupakan federasi buruh yang basis utamanya datang dari sektor tekstil, sandang, kulit, dan sepatu.

“Pemerintah dan para pengusaha hitam selalu mengatakan ada ancaman PHK. Yang perlu kita garis bawahi besar-besar adalah bahwa ada beberapa PHK hari ini, tetapi itu sebetulnya imbas dari 3-4 tahun lalu yang prosesnya baru selesai hari ini,” ucap Sekretaris Umum SPN, Ramidi, pada Minggu (6/11/2022).

Ramidi, yang juga Sekretaris Jenderal Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), mengungkapkan perihal penutupan pabrik tekstil. Menurut dia, hal itu merupakan siasat para pengusaha untuk menghindari upah tinggi bagi buruh. Alih-alih menutup, para pengusaha itu justru membuka pabrik yang sama di daerah dengan upah rendah.

Baca juga:  BURUH TAK TERDAFTAR BPJS, KEMNAKER PANGGIL PT NINA VENUS

“Jadi itu bukan, bukan penutupan pabrik, tetapi pemindahan pabrik dari wilayah Jakarta. Mereka menghindari upah yang dianggap tinggi, sekali lagi dianggap tinggi walaupun kami para buruh mengatakan itu gak tinggi. Mereka hanya ingin memindahkan dari yang daerah dengan upahnya tinggi ke daerah yang upahnya sangat rendah,” ucap Ramidi.

Senada dengan Ramidi, pemerintah mengungkapkan data bahwa industri tekstil dan alas kaki atau sepatu masih bergeliat. Oleh karenanya, agak membingungkan jika sampai terjadi badai PHK hingga puluhan ribu buruh di sektor tersebut.

Plt. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Abdurohman, memaparkan bahwa ekspor pada industri tekstil dan alas kaki masih tumbuh tinggi.

Baca juga:  PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN RUGI AKAN KENA PAJAK 1 PERSEN

“Jadi ekspor untuk tekstil, produk tekstil ini HS 61, 62, dan juga 64 ya alas kaki, ini tumbuhnya masih sangat tinggi, sampai posisi September di kuartal III. Jadi ini menunjukkan bahwa kinerja di tekstil sebenarnya masih cukup tinggi,” katanya dalam media gathering di Bogor, Jumat (4/11/2022) malam.

Ditilik secara koorporasi, lanjut dia, perusahaan tekstil juga masih punya performa yang baik dari sisi keuangan, ditunjukkan dari pendapatan dan penjualan dari sektor tekstil, terutama pada kuartal I dan II.

“Bahkan kalau dibandingkan dengan industri manufaktur untuk tekstil ini tumbuhnya double digit ya, sementara industri manufaktur berkisar di sekitar 5 persen untuk penjualan dari total industri manufaktur ya. Di tekstilnya sendiri bahkan double digit di atas 10 persen,” tuturnya.

SN 09/Editor