Foto Ilustrasi

(SPNEWS) Jakarta, Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan paling ditakuti banyak orang. Pasalnya, ini adalah salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti tekanan darah tinggi, merokok, pola makan tidak sehat, gaya hidup tidak aktif, dan obesitas. Yang jarang disadari adalah, memiliki gaji rendah juga berpotensi meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.

Sejumlah penelitian mencari tahu bagaimana pendapatan berkolerasi dengan kesehatan. Hasilnya, sejumlah studi mendapatkan bahwa orang-orang bergaji rendah lebih berisiko terkena penyakit jantung.

1. Orang bergaji rendah lebih sulit mewujudkan gaya hidup sehat

Laporan bertajuk “Socioeconomic Status and Cardiovascular Outcomes” dalam jurnal Circulation (2018) mengemukakan bahwa status sosial ekonomi rendah berhubungan dengan penyakit kardiovaskular. Sebaliknya, individu yang punya banyak uang kecil kemungkinannya terkena serangan jantung.

Baca juga:  MENUMBUHKAN PENTINGNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Alasannya, individu yang punya banyak uang lebih mampu mendapatkan perawatan medis yang baik. Memiliki banyak uang berarti orang tersebut memiliki kebebasan finansial untuk membeli makanan yang lebih sehat. Kita hidup di dunia di mana harga junk food relatif lebih murah dibanding makanan sehat. Sebaliknya, penelitian menunjukkan orang-orang yang mengalami tekanan finansial lebih cenderung mengonsumsi makanan padat kalori.

2. Orang bergaji rendah lebih mungkin merokok

Di satu sisi, orang-orang bergaji tinggi lebih mudah membuat pilihan gaya hidup sehat. Di sisi lain, mereka juga memiliki pilihan untuk menerapkan gaya hidup tidak sehat, seperti membeli rokok, alkohol, hingga zat terlarang. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok lebih banyak dilakukan oleh orang bergaji rendah.

Baca juga:  1.700 KARYAWAN TERANCAM PHK 

Sebuah survei tahun 2017 yang dimuat dalam Statistics Canada dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan merokok warga Kanada. Jika dilihat dari pendapatan rumah tangga, tingkat merokok berkisar antara 12 persen pada kelompok pendapatan tertinggi dan 22 persen pada kelompok pendapatan terendah.

Jumlah batang rokok yang diisap per hari berbanding lurus dengan peningkatan risiko kardiovaskular. Rokok sendiri merupakan faktor risiko kanker paru-paru, penyakit jantung, stroke, penyakit pernapasan kronis, dan penyakit lainnya.

Ada hubungan antara penggunaan rokok dan tingkat stres. Orang dengan pendapatan kecil lebih mungkin mengalami stres, yang kemudian memilih rokok sebagai metode koping.

SN 09/Editor