Pesta demokrasi diadakan, saat itu jam menunjukkan pukul 07.00 WIB. Panitia sudah siap di lokasi tempat pemungutan suara, beberapa orang warga buruh sudah mulai melakukan pendaftaran untuk kemudian melakukan pencoblosan untuk memilih sosok pilihannya untuk menjadi Ketua Dewan Perwakilan Buruh. Hiruk pikuk pesta begitu terasa hingga proses penghitungan diadakan, masing masing simpatisan menunggu dengan penasaran. Hasil akhir menunjukan salah satu calon dipastikan menang secara demokratis dan semua warga buruh harus menerima dengan lapang dada terlepas itu pendukung atau bukan.

Pesta belum usai, sosok Ketua Dewan Perwakilan Buruh terpilih mulai bekerja dengan memilih para Ketua Komisi yang merupakan bagian tugas sebagai wakil rakyat buruh. Harus legowo bagi mereka yang bukan pendukung untuk tidak terpilih sebagai Ketua Komisi maupun anggota Komisi, walaupun budaya titipan masih ada sebagai warisan kebiasaan masa lalu. Sekarang tinggal sang sosok ini berani untuk konsisten dalam membuat perubahan atau akan selalu terikat kebiasaan. Satu hal pokok bahwa semua hanya untuk satu tujuan demi kesejahteraan rakyat buruh.
Tapi tidak selalu tujuan yang baik mendapat dukungan baik pula. Halnya politik akan ada pihak yang beroposisi yang selalu menentang kebijakan, baik itu dari kebijakan eksekutif maupun legislatif. Selalu saja ada serigala berbulu domba, udang dibalik batu, menggunting dalam lipatan dan kucing dalam karung. Itulah cikal bakal runtuhnya republik buruh selain daripada mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. 
Tidak ada yang salah dalam sistem, apapun itu bentuk dan caranya, mau frontal ataupun moderat. Yang dibutuhkan adalah sikap dewasa dalam bernegara, saling bahu membahu dan bergotong royong hanya untuk satu tujuan yang sama, sekali lagi kesejahteraan rakyat buruh. Karena memperjuangkan hal tersebut Dewan Perwakilan Buruh, harus bertarung dengan kebijakan Eksekutif dan Yudikatif. Dimana undang-undang yang merupakan rambu-rambu pelaksanaan semua kebijakan sudah dibuat untuk kepentingan-kepentingan pribadi busuk, kaum penjajah. #MARI LAWAN BERSAMA
“Sadarlah wahai rakyat buruh, bahwa tugas Dewan Perwakilan Buruh membutuhkan dukungan dari rakyat buruh. Dan wahai Dewan Perwakilan Buruh sadarlah bahwa dibelakang anda ada rakyat buruh. Semua mendambakan Republik Buruh bisa mapan, rakyatnya sejahtera jauh dari tekanan para penjajah. Jauhkan konflik sesama pejuang Buruh yang akan mengorbankan rakyat buruh itu sendiri. Tetap junjung tinggi Persatuan dan Kesatuan_.
Hidup Republik Buruh, Hidup Buruh…. Butuh bersatu tak bisa dikalahkan…satu hati…satu tekad…satu tujuan….yes we…

Baca juga:  SEPANJANG TIDAK ADA SURAT DARI PRESIDEN, DPR RI AKAN BAHAS TERUS OMNIMBUS LAW

Dede Hermawan/Coed