(SPNews) Jakarta, (15/4/2016) Bertempat di kantor DPP SPN gedung ILP Center Lt 4 no 39A Jakarta Selatan, DPP SPN melakukan pertemuan dengan Global Labour Institute (GLI). Pertemuan ini dihadiri oleh ketua Umum DPP SPN Iwan Kusmawan, Darlina, Saepulloh, Pramuji Hari Purnama, Sugianto, Kusmin, Yono (ILO) dan Dave Spooner (GLI). Dalam pertemuan ini dibahas Evaluasi Kerja dan Rencana Kerja.
Dave Spooner dari jaringan Buruh Internasional saat ini Evaluator Project yang didanai oleh SIDA. Berlatar belakang dari Pendidikan dengan specialist Serikat Buruh Internasional. Dave bertugas menjalin hubungan dengan Serikat Pekerja Global salah satunya dengan Industri ALL. Evaluasi yang akan dilakukan adalah terhadap program yang dikerjakan ILO dan didanai SIDA.
SIDA adalah Lembaga Pemerintah Swedia yang mendanai Lembaga-Lembaga Sosial di beberapa Negara. Selain Indonesia ada beberapa Negara lain yang saat ini juga sedang dievaluasi seperti Kenya.
- Penjelasan tentang program yang dilaksanakan :
Bahwa SPN telah melaksanakan 3 program yang didanai oleh SIDA melalui ILO tentang GFA yang disepakati oleh Inditex, H&M dan Industri ALL. Program ini didiskusikan bersama dengan ILO, Industri ALL dan SP/SB (SPN & SBSI Garteks). Ada kegiatan yang dilakukan secara bersama oleh SPN & SBSI Garteks dan ada pula kegiatan yang dilakukan sendiri-sendiri. Peserta dari SPN diikuti oleh pengurus yang di wilayahnya ada perusahaan H&M dan Inditex. Diakhir program telah dibuat RTL untuk langkah-langkah pengorganisasian terhadap buruh-buruh yang bekerja di H&M dan Inditex. Ada data perusahaan yang telah dimiliki sebagai data awal untuk pengorganisasian yang diberikan oleh Industri ALL. Ada sekitar 65 perusahaan H&M dan baru 5 perusahaan yang menjadi anggota SPN. - Sebelum ada Project, yang menjadi prioritas SPN adalah :
- Pengorganisasian terhadap pabrik-pabrik yang memiliki buruh yang besar dan brand-brand seperti H&M, NIKE, ADIDAS, PUMA dan lain-lain.
- Program Industri ALL melalui Unity dan Federasi hanya mengirim peserta, sehingga organisasi tidak bias mengukur indikator keberhasilan terhadap peserta yang mengikuti pelatihan. Anggota Industri ALL di Indonesia ada 11 Federasi.
- SPN pernah melakukan kerja sama pengorganisasian dengan Solidarity Center untuk pendataan, Densitas, Training dan Pengorganisasian.
- Peserta dari SPN yang sudah mengikuti pelatihan sekitar 75 orang dengan 20 peserta perempuan.
- Bila ada program yang bisa dilakukan :
- Melakukan evaluasi terlebih dahulu dari pelatihan yang sudah dilaksanakan.
- Ada dua model yang telah dilakukan oleh SPN terkait keberadaan GFA yaitu dengan menggunakan data pabrik H&M/Inditex untuk pengorganisasian dan pengorganisasian secara mandiri.
- SPN berharap ada pelatihan terkait GFA, OECD dan ILO Standard agar isi GFA bias masuk ke dalam PKB, UU (ILO Standard GFA/PKB).
- Tidak ada kontradiksi terhadap metode yang dilakukan oleh SPN.
- Langkah evaluasi secara menyeluruh: peserta pelatihan, hasil dari pelatihan, RTL, kesulitan, solusi, indikator keberhasilan, evaluasi, riset untuk melakukan strategi selanjutnya.
- Perlu adanya workshop pengorganisasian.
- Dibutuhkan riset untuk menganalisis kondisi buruh, kebutuhan data base, sosial ekonominya bagi organisasi.
- SPN tidak hanya ada di sektor Garment, Sepatu, Kulit dan Textile tetapi sudah masuk dalam sektor Transportasi, Jasa, Pariwisata, Ritail, Pertanian dan Perkebunan, Kimia dan Tambang, Informal dll.
- Apakah beraafiliasi AEUF?
- Pesan untuk ILO Genewa :
- Ada program yang telah disampaikan kepada IndustriALL dan harapannya bias di implementasikan. Pelatihan membaca keuangan perusahaan dan Maternity.
- Bila ada program bersama dengan SBSI Garteks agar pesertanya tidak disamakan karena anggota SPN lebih banyak.
- Membuat data base untuk SPN.
- Kerja sama yang dilakukan agar tidak lagi melalui Konfederasi tetapi langsung ke Federasi.
Itulah hasil evaluasi dan rencana program yang dihasilkan dari pertemuan DPP SPN dengan GLI.
Contributor/jabar 6/CoED