“SELAMAT HARI IBU, I LOVE IBU, SEMOGA SEHAT WAL AFIAT PANJANG UMURNYA”, sepenggal kalimat sederhana yang di tulis Raffa di selembar kertas kusut yang dia sobek dari buku tulis sekolahnya. Kalimat itu sengaja ia tulis sebagai kado ucapan hari ibu untuk ibunya. Raffa adalah anak kecil yang lahir dari keluarga sederhana. Orang tuanya adalah buruh pabrik di daerah tempat tinggalnya.
Sepotong kalimat sederhana yang di tulis oleh anak kelas 5 SD itu cukup membuat Ifah terharu. Ifah yang melahirkan Raffa 10 tahun yang lalu, seketika itu merasa bahwa dirinya adalah seorang ibu. Entah sudah berapa kali Ifah membaca tulisan anaknya tersebut. Dia ulang dan terus dia ulang membaca kertas yang dilipat sederhana tanpa amplop yang dia terima dari anaknya beberapa jam lalu, di depan pntu rumahnya ketika dia pulang dari tempat kerjanya.
Ifah sendiri adalah buruh perempuan di sebuah pabrik garments yang mengharuskan dia keluar rumah setiap hari dengan jam kerja yang tidak menentu.
Ifah mencium lembut kertas itu, angannya menerawang entah kemana dan tanpa di sadari dia menteskan air mata. Dalam hatinya dia merasa sangat bersalah terhadap si pembuat tulisan tersebut. Betul !!! dia yang mengandung dan diapun masih ingat perjuangannya dalam melahirkan Raffa 10 tahun yang lalu.
Namun dalam hatinya kecilnya ifah bertanya. “apakah aku sudah bisa di sebut ibu?, aku yang hanya bisa melahirkan tanpa bisa berpartisipasi penuh dalam mengikuti tumbuh kembang Raffa. Aku tidak pernah memberinya ASI dan akupun tidak tau tepatnya umur berapa dia mulai bisa berjalan “. Begitu banyak pertanyaan dalam hati yang Ifah tujukan entah kepada siapa. Dan itu sungguh membuatnya lelah, hingga membawanya kedalam tidur yang pulas.
Sepenggal kalimat dan sepenggal cerita sisi lain dari Peringatan Hari Ibu. Mungkin banyak Ifah- Ifah lain di luar sana. Yang merasa bukan seorang Ibu. Yang merasa tidak pernah memberikan kasih sayang secara penuh terhadap anaknya. Yang merasa tidak pernah tau bagaimana rasanya menidurkan bayi, yang jarang masuk dapur bahkan mungkin merasa sudah lupa bagaimana bau asap dapur, semua ini adalah konsekuensi yang harus mau tidak mau dia terima sebagai buruh pabrik dengan jam kerja yang tidak menentu.
Namun hal bukanlah alasan utuk memungkiri bahwa dia adalah seorang ibu. Ifah dan perempuan – perempuan lain yang senasib merupakan ibu yang sangat luar biasa. Dia mampu berdiri di dua sisi. Di satu sisi dia berjuang untuk membantu perekonomian keluarganya dan di sisi lain dia harus mampu mengalahkan nalurinya sebagai seorang ibu.
“Selamat hari Ibu buat buruh – buruh perempuan, kalian sangat luar biasa”
Wulan Jateng 4/Editor