(SPNews) Jakarta, (14/4/2016) MayDay adalah Momentum perjuangan Gerakan Buruh Dunia, di Indonesia dalam memperingati MayDay sangat Kontra Produktif karena masih ada yang belum memahami secara utuh, untuk 1 Mei dijadikan hari libur Nasional saja memerlukan perjuangan yang panjang hingga detik-detik akhir masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) baru diputuskan 1 Mei menjadi hari libur Nasional. Tetapi sangat disayangkan masih ada saat Peringatan May Day pelaksanaannya tidak menunjukkan jati diri sebagai bentuk dari Perjuangan Gerakan Buruh melainkan karena hari libur Nasional pelaksanaannya menjadi perayaan wisata, sementara ketidakadilan dan permasalahan ketenagakerjaan makin hilang isunya karena didendangkan lagu-lagu yang semuanya membuat terlena serta ditambah door prize yang menjanjikan. Inilah fakta dan realita yang tidak bisa kita pungkiri, padahal kalau kita semua menyadari betapa pentingnya sebuah Perjuangan dan Gerakan buruh untuk disuarakan di dalam Peringatan 1 Mei karena sebagai simbol Perjuangan dan Gerakan Buruh se-Dunia.

Baca juga:  UMP 2022 DI JATIM DITETAPKAN PALING LAMBAT SEBELUM 20 NOVEMBER

Sebagai Ketua Umum DPP SPN saya mengimbau sekaligus mengajak mari kita suarakan dan buktikan bahwa perjuangan dan isue masalah Ketenagakerjaan yang sampai hari ini masih terus berjalan harus kita hadapi dan terus kita perjuangkan agar semangat juang tetap berkobar, maka isue yang harus disuarakan adalah : CEGAH DISKRIMINASI DAN KRIMINALISASI, BERIKAN UPAH YANG LAYAK, PERBAIKI PELAYANAN BPJS KESEHATAN, HAPUS OUTSCORCHING DAN ANGKAT PEKERJA KONTRAK, CABUT PP NO 78 TAHUN 2015, TOLAK UPAH KHUSUS, TEGAKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN DAN BENTUK DESK PIDANA KETENAGAKERJAAN.

Semoga dengan Momentum May Day daya juang Pekerja/Buruh semakin tinggi.

Iwan Kusmawan SH/COED