Setiap orang pada dasarnya pasti memiliki mimpi/ide tentang hidup yang akan dijalaninya. Dengan kata lain bahwa kehidupan seseorang memiliki dasar idealis yang tentu saja dalam perjalanannya harus disertai dengan visi untuk mewujudkannya.

Idealis dalam artian sederhana adalah orang yang hidup mengikuti/sesuai dengan ide yang telah dipilih dan dipikirkannya. Ia bukanlah pemimpi yang tak punya tujuan, melainkan sebaliknya, orang yang memiliki visi tentang hidupnya dan hidup orang sekitarnya. Orang-orang seperti ini akan sangat berbeda dengan orang yang hanya hidup sekedarnya, orang bekerja seadanya, tanpa ambisi untuk mencapai sesuatu yang lebih baik untuk dirinya dan untuk lingkungan sekitarnya. Yang kemudian akan mati, tanpa meninggalkan jejak dirinya yang nyata dan bermakna untuk lingkungan sekitarnya.

Ketika orang memiliki idealisme yang kuat, ia juga akan memiliki visi yang kokoh . Visi yang kokoh ini akan menuntunnya di dalam setiap perjalanan hidup. Visi yang kokoh ini juga akan membuatnya mampu bertahan di tengah berbagai tantangan hidup yang kerap kali mencekik begitu kuat. Dengan visi ini, orang bisa melampaui dorongan-dorongan negatif dari dalam dirinya, dan berusaha mewujudkan diri terbaiknya.

Baca juga:  KLAIM JHT HARUS MENUNGGU TUA DAN BERUSIA 56 TAHUN

Sebaliknya, tanpa visi yang jelas, tanpa idealisme, orang tidak punya fokus dalam hidupnya. Orang-orang ini akan terus berubah mengikuti arus kehidupan yang ada, sehingga pada akhirnya ia tidak menjadi apa-apa dalam hidupnya.

Tanpa visi yang jelas, orang akan mudah tergoda oleh korupsi. Tanpa idealisme, orang akan mudah menyuap dan disuap, sambil merugikan banyak orang lainnya. Penegak hukum tanpa idealisme akan berubah menjadi preman yang berseragam. Guru tanpa idealisme hanya akan berubah menjadi tukang tes tanpa visi yang menyiksa batin anak didiknya. Pemimpin tanpa idealis akan dengan mudah mengorbankan apa dan siapa yang dipimpinnya, dan lain-lain. Tanpa visi dan idealisme, manusia tidak akan menjadi manusia, melainkan seonggok daging yang bernapas dan berjalan di atas permukaan bumi.

Pendidikan jelas merupakan alat paling jitu untuk membangun dan mengembangkan idealisme suatu bangsa. Walaupun memiliki peran amat penting, sekolah formal tidak bisa dijadikan satu-satunya penggerak pendidikan. Pendidikan yang tertinggi dan terutama adalah teladan hidup langsung dari orang-orang yang sudah ada sebelumnya. Bourdieu, seorang filsuf Prancis, berulang kali menegaskan, bahwa tindakan jauh lebih kuat dari kata-kata, dan itu paling jelas di dalam pendidikan moral.

Baca juga:  TANTANGAN PENEGAKKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

Sulit membuat pendidikan anti korupsi, ketika hampir semua golongan tua di Indonesia melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme setiap harinya, seringkali tanpa disadari. Sulit mengajak bangsa ini untuk memiliki nilai moral tinggi, ketika nyaris semua golongan tua hidup untuk menipu dan meraup kekayaan, seringkali dengan cara-cara yang biadab. Sulit mengajak bangsa ini untuk jujur, ketika guru mengajarkan siswanya untuk menyontek saat ujian nasional. Jelaslah, teladan hidup dari orang-orang yang sudah hidup sebelumnya memainkan peranan amat penting dalam pemberadaban bangsa.

Sebagai bagian dari idealisme, visi tak akan pernah utuh menjadi kenyataan. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendekati visi tersebut, walaupun tak pernah bisa identik sepenuhnya. Itulah sebabnya, di dalam kata idealisme terdapat kata ide, karena itu adalah harapan dan visi, yang perlu terus dikejar sepanjang hidup , walaupun tak bisa direngkuh sepenuhnya.

Shanto dikutip dari berbagai sumber/Editor