(SPNEWS) Cirebon, bertempat di Hotel Jamrud Kota Cirebon, Dewan Pimpinan Pusat Ganjaran Buruh Berjuang (DPP GBB) menyelenggarakan Forum Musyawarah Hubungan Industrial (FMHI) dengan tema Cirebon Maju Rakyat Sejahtera Kolaborasi dan Harmonisasi antara Pengusaha, Pelaku Usaha dan Pekerja. Kegiatan ini menghadirkan pembicara yaitu Ketua Umum GBB Lukman Hakim, Ketua Umum DPP SPN Djoko Heriono, S.H, perwakilan Kadin, APINDO, HIPMI dan Akademisi.
Ketua Umum DPP GBB Lukman Hakim menyampaikan “persoalan buruh dari dulu sampai sekarang selalu berkutat pada masalah normatif. Oleh karena itu GBB hadir dalam rangka mengupayakan suatu kolaborasi dan supporting untuk meningkatkan kesejahteraan buruh dan meningkatkan industri nasional. Forum ini adalah salah satu upaya untuk mencari solusi bukan untuk mempertentangkan suatu perbedaan”.
Djoko Heriono, S.H dalam pernyataanya menyampaikan bahwa “saat ini pekerja memasuki era deskdruktif yang mana semuanya tidak menjadi permanen. Job security atau kepastian kerja menjadi hilang dengan lahirnya sistem Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan outsourcing, yang tentu saja membuat kepastian penghasilan atau income security upah semakin menjadi kurang yang tentu saja berkaitan pula dengan kepastian perlindungan sosialnya pun menjadi semakin tidak pasti. Oleh karena itu frame hubungan industrial harus kembali ke awal yaitu hubungan industrial Pancasila yang disemangati oleh Tridharma sehingga pengusaha dan pekerja merasa sama-sama memiliki, membela bersama dan menikmati hasil bersama”.
Perwakilan Kadin Hajah Afidah hanya mengingat bahwa pekerja dan pengusaha harus dapat saling menghormati dan memahami hak serta kewajibannya masing-masing.
Dari perwakilan APINDO Aris Winanto menyampaikan bahwa pekerja perlu juga mendorong agar masalah infrastruktur dan proses perijinan itu dapat diperbaiki, sehingga tidak menjadi biaya yang tinggi dan menghambat untuk berusaha.
Sementara itu DR. Slamet Isman Ismanto dari akademisi menyampaikan bahwa “Bonus demografi bisa menjadi keuntungan sekaligus bisa menjadi bencana ketika kita tidak dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Serapan buruh menjadi semakin kurang karena ada perkembangan teknologi yang tidak bisa ditolak. Oleh karena itu menjadi suatu tantangan dan pertanyaan bagaimana setiap orang dapat berkontribusi dalam hubungan industrial”.
SN 09/Editor