​Persaingan global di industri textile sangat ketat, oleh karena itu seluruh pemangku kepentingan di industri ini harus senantiasa kreatif dalam menciptakan produk – produk baru

(SPN News) Jakarta, Meski kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia terbilang baik, para pemangku kepentingan pada industri ini harus tetap kreatif. “Kita bisa belajar dari Jepang,” kata pemilik PT Harapan Kurnia, Wendi Kurnia di Jakarta,  (4/4/2018).

Wendi yang lama berkecimpung di bisnis TPT mengatakan bahwa pasar Jepang sejatinya tidak besar. Namun, Jepang mengembangkan banyak inovasi. Ia memberi contoh bahwa Jepang mengembangkan bahan jas dari bahan kaus. Produk dari bahan kaus yang mampu menyerap keringat ini, menurut hemat Wendi tentu sangat cocok bagi masyarakat di daerah tropis seperti halnya Indonesia. “Inovasi perlu dilakukan agar bisnis kain di Indonesia tetap berjalan,” tuturnya.

Baca juga:  AKANKAH PERSELISIHAN PT LIEBRA PERMANA BERLANJUT KE PHI? 

Dalam kesempatan pameran Indo Intertex di JIExpo, Kemayoran Jakarta itu, Wendi mengikuti kegiatan Lenzing Group, salah satu produsen bahan baku produk tekstil dan garmen di dunia. Di Indonesia, Lenzing Group bermitra dengan PT South Pacific Viscose (SPV).

Kini, Leinzing, kata Director Global Brand Management Lenzing Group Harold Weghorst, dalam kesempatkan tersebut, beralih dari produsen serat tekstil business to business (B2B) menjadi business to business to consumer (B2B2C).

Dari laman kontan.co.id diperoleh catatan bahwa pada rilis kinerja industri TPT Indonesia dari Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia (BPN API) per 2017, nilai ekspor TPT Indonesia tumbuh menjadi 12,54 miliar dollar AS. Pada 2016, nilai ekspor itu ada di posisi 11,38 miliar dollar AS.

Baca juga:  KEMNAKER DAN DEPENAS BAHAS PENYUSUNAN UPAH MINIMUM 2022

Shanto dikutip dari Kompas.com/Editor