​Tren Penutupan Toko Masih Akan Berlanjut.

(SPN News) Jakarta, para praktisi industri ritel meyakini akan ada sejumlah toko ritel yang akan tutup pada 2018, menyusul persaingan dengan bisnis online (e-commerce) dan daya beli masyarakat yang masih belum membaik.

Persaingan antara bisnis ritel dengan bisnis online akan terus terjadi, tapi diyakini masing-masing akan dapat bertahan berdasarkan dengan strategi dari masing – masing. Sejumlah pengusaha ritel diketahui pula sudah membangun bisnis onlinenya untuk menopang bisnis ritelnya.

Karena itu para praktisi ritel berharap agar pemerintah segera menciptakan lapangan kerja baru untuk dapat menyerap angkatan kerja yang ada, sehingga pada akhirnya ekonomi masyarakat meningkat dan berujung dengan membaiknya daya beli masyarakat.

Ketua Umum Aprindo Roy Mandey memperkirakan, akan ada 50 gerai ritel yang tutup tahun ini. “Kalau kita pakai angka, mungkin di 2017 sekitar 30 toko-40 toko, maka tahun 2018 ini ada kemungkinan bisa lebih banyak sedikit. Bisa sekitar 40-50 toko yang akan relokasi sama reformat bisnisnya,” ujarnya.

Baca juga:  SERIKAT PEKERJA SEBUT, BENTROK PEKERJA DI PT GNI TIDAK AKAN TERJADI JIKA PEMERINTAH TEGAS TEGAKAN ATURAN

Dia menjelaskan, tutupnya sejumlah gerai ritel pada tahun lalu, khususnya yang terdaftar sebagai anggota Aprindo lebih dikarenakan relokasi dan reformat gerai. “80 % penutupan karena relokasi, sementara 20 % karena ingin merubah format bisnis,” ungkapnya.

Ia mengatakan, tahun ini pengusaha ritel akan fokus melakukan perubahan format gerai. “Jadi nanti di tokonya tidak hanya menjual pakaian atau makanan. Tapi ada unsur entertaimennya seperti ada bioskopnya juga,” lanjut Roy.

Menurutnya, dengan mengusung konsep mixed use atau campuran ritel konvensional mampu bertahan menghadapi maraknya toko online. “Konsep mixed use ini merupakan suatu trending offline untuk memberikan keya­kinan terhadap masyarakat bahwa berbelanja offline tetap dibutuhkan,” katanya.

Ketua Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, pada 2018 akan ada efek baik jika ada dorongan dari pemerintah untuk mendorong konsumsi. “Saya optimistis 2018 ini akan ada efek dari stimulus yang pemerintah lakukan untuk menggerakan sektor konsumsi,” ujarnya.

Baca juga:  KADISNAKER KOTA BEKASI SEBUT PENGUSAHA BISA BIPARTIT BILA TAK SETUJU KENAIKAN UMK

Ia berharap, pemerintah segera melakukan pendataan agar adanya kesetaraan perdagangan antara offline dan online. Menurutnya, regulasi yang tepat akan sangat berpengaruh pada perkembangan sektor ritel. “Regulasi juga dibutuhkan untuk fair play,” ujarnya.

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyambut positif rencana dari perubahan konsep ritel. Menu­rutnya, perubahan konsep yang akan dilakukan oleh sejumlah ritel tahun ini merupakan langkah yang tepat. “Jadi ini yang harus disesuaikan. Jadi kalau department store ini statis, dan tidak mengikuti lifestyle-nya maka dia akan tergerus. Dia harus menyesuaikan diri dengan itu,” ujarnya.

Shanto dikutip dari RMOL/Editor