Ilustrasi
Bank Dunia sebut proyeksi pertumbuhan Indonesia adalah tetap di level 5,1 persen
(SPNEWS) Jakarta, Bank Dunia menyebut resesi ekonomi global sudah di depan mata. Bahkan, Bank Dunia pesimis negara-negara di dunia bisa menghindari ancaman kemunduran roda ekonomi tersebut.
Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan resesi ekonomi kali ini disebabkan oleh inflasi yang melonjak tajam di berbagai negara atau disebut juga dengan istilah stagflasi.
“Perang di Ukraina, lockdown di China, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari,” ungkap Malpass dalam laporan terbaru yang dikutip, (8/6/2022).
Dalam laporan Global Economic Prospect June 2022 (GEP), Bank Dunia menyebutkan tekanan inflasi yang begitu tinggi di banyak negara tak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Bank Dunia melihat penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi secara meluas yang tercermin dari pemangkasan yang dilakukan baik di kelompok negara maju maupun berkembang.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini untuk Zona Eropa sebagai episentrum konflik geopolitik mengalami revisi ke bawah dari 4,2 persen menjadi 2,5 persen.
Perkiraannya, pertumbuhan Rusia diprediksi mengalami kontraksi 8,9 persen dan Ukraina kontraksi 45,1 persen. Pertumbuhan ekonomi dua negara besar, yakni Amerika Serikat (AS) juga dipangkas menjadi 2,5 persen serta China menjadi 4,3 persen pada tahun ini. Kemudian, negara berkembang juga mengalami penurunan proyeksi ekonomi. Mereka adalah Jepang menjadi 1,7 persen dan India menjadi 7,5 persen, serta Brasil menjadi 1,5 persen.
Sementara, Indonesia terbilang cukup aman dari ancaman resesi ekonomi ini. Sebab, proyeksi pertumbuhan ekonominya tidak diubah oleh Bank Dunia yang pada tahun ini tetap di level 5,1 persen.
SN 09/Editor