Suatu malam baru-baru ini di sudut daerah yang merupakan bagian kabupaten Semarang, sebut saja daerah itu Bandungan aku banyak menemukan sesuatu yang unik, menarik sekaligus miris. Bandungan….iya Bandungan, sebetulnya daerah wisata yang terletak di sebelah selatan Kabupaten Semarang tepatnya di kaki gunung Ungaran hawanya sejuk dengan pemandangan yang begitu menggoda dan membuat kita betah berlama lama menikmati keindahan alami daerah tersebut.
Namun bukan hawa sejuk dan pemandangan menggoda dari Bandungan yang akan aku tulis kali ini, melainkan keunikan, kemenarikan dan kemirisan di balik indahnya Bandungan. Daerah dengan seribu hotel (aku katakan seribu sebab hampir tiap jengkal berdiri bangunan dengan banyak kamar) dengan berbagai fasilitas yang di tawarkan, mulai dari tarif yang sangat ekonomis sampai dengan tarif sekelas hotel bintang 3. Daerah kecil namun tidak pernah mati, ramai dengan segala aktifitas penduduknya selama 24 jam non stop. Baik penduduk lokal maupun pendatang yang sengaja datang untuk sekedar berwisata maupun dengan tujuan lain, mencari nafkah di gemerlapnya Bandungan misalnya.
Bicara kehidupan malam Bandungan, tidak jauh beda dengan kehidupan di beberapa kota lain yang notabene daerah tersebut lebih di kenal sebagai komplek lokalisasi, seperti gang dolly misalnya. Gemerlap lampu hotel dan banyaknya tempat hiburan malam turut berperan dalam menyemarakkan hidupnya Bandungan di malam hari. Perempuan berpakaian minim dengan dandanan woouww adalah pemandangan biasa yang bisa kita dapati di sudut-sudut tempat karaoke dan di warung remang-remang.
Yang menarik yang aku dapati di malam itu adalah, bertemunya aku dengan seorang perempuan. Masih muda dengan dandanan menor dan tubuhnya berbalut kain serba mini, cantik?…..iya. Aku bertemu dia (sebut saja Putri) di sebuah warung tenda tak jauh dari pusat keramaian Bandungan. Dia duduk manis dengan kaki satu diangkat menumpangi kaki yang satunya lagi (kata orang jawa tengah sih “jegang”), di depannya tersaji segelas minuman mirip soda gembira kalau aku lihat serta tak lupa sebatang rokok diapit manis oleh kedua jari tangan kanannya. Dia tampak begitu manis, dan sangat menikmati rokoknya. Kebetulan aku duduk pas di depannya (sengaja sich). Aku tersenyum, dia membalas senyumanku (wooouuuw dia semakin terlihat cantik ketika tersenyum). Aku senyumin dia lagi dan dia kembali membalasnya. Akhirnya aku beranikan diri menyapanya. “mbak asli sini?” tanyaku mengawali obrolan, “bukan” dia bilang. “ooooooo, terus asalnya dari mana mbak?, oh ya kenalin namaku Wulan, aku dari Ungaran kebetulan ada sedikit keperluan di Bandungan ini” lanjutku. “aku Putri mbak, dari Ungaran juga, mungkin tempat tinggalku tidak jauh dari mbak Wulan atau bahkan mungkin kita tetanggaan” jawab dia di sertai tawa kecil dan asap rokok yang nggak berhenti ngebul dari bibirnya. Entah mengapa aku begitu nyaman ngobrol dengannya, dan hal ini akhirnya mendorong aku untuk bertanya lebih banyak tentangnya terutama tentang kehidupan pribadinya. Dan aku lihat dia sangat terbuka dan cukup bersahabat dalam menanggapi setiap pertanyaan-pertanyaan yang aku lontarkan.
“Putri setiap hari selalu ke sini?…eeemm maksud aku, memang kerja di sini (Bandungan)?. “tidak mbak, hanya sesekali saja, tergantung orderan yang aku terima. Kadang seminggu bisa 2 sampai 4 kali, kadang hanya sekali bahkan kadang nggak pernah sama sekali dalam seminggu” jawab dia. “orderan?? Maksudnya??…lha terus kesehariaanya di mana? Maksud aku kerja di mana?” lanjutku. “sehari-hari aku jadi buruh mbak di sebuah perusahaan Garments yang ada di Ungaran, pekerjaan yang sangat melelahkan namun tidak diimbangi dengan gaji yang memuaskan. Jam kerja yang nggak tentu membuat aku bosan mbak, yaaa…awalnya aku begini hanya iseng-iseng mencari hiburan, berkaraoke dengan teman-teman senasib atau hanya sekedar nongkrong melihat pemandangan malam Bandungan. Namun lama-lama aku keasyikan…hehehe” celoteh dia.
Malam semakin larut dan Bandungan semakin dingin. Namun hal itu tidak mengurangi rasa ingin tauku lebih banyak tentang Putri. Ternyata Putri adalah seorang buruh perempuan di sebuah pabrik di Ungaran. Dia sudah bersuami dan mempunyai 1 anak. Rumah tangganya sudah 2 tahun terakhir ini tidak harmonis. Suaminya jarang pulang dan jarang pula memberi nafkah baik lahir maupun batin. Dengan alasan itu dia berusaha keras mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anaknya serta ibunya. Dia rela bekerja mati-matian, mengikuti aturan pabriknya di mana pabrik itu memberlakukan aturan yang tidak manusiawi menurutku. Jam molor hampir tiap hari, kadang lembur tidak di bayar karena harus menyelesaikan target. Kerja dari jam 7 pagi dan kembali ke rumah jam 9 malam adalah rutinitas Putri hampir setiap hari. Bahkan kadang pulang jam 2 dini hari (istilah dia peksei pekdar…sampe selesai sampai modar). Dan hal ini membuat dia sangat jenuh dan hatinya berontak (kerja kog begini amat, kapan aku dapat hiburannya…kata dia). Hal itu mendorong dia untuk iseng mengikuti ajakan teman kerjanya untuk cari hiburan. Dan Bandungan, berkaraoke adalah pilihannya. Awalnya dia hanya benar-benar mencari hiburan, menghilangkan penat setelah seharian berkutat dengan kain dan mesin jahit. Dari situ dia bertemu dengan banyak orang, dan ternyata dia tidak sendiri. Banyak teman yang merasa senasib dengannya. Dari hasil ngobrol diantara mereka, Putri jadi tahu bahwa teman yang dia temui itu selain mencari hiburan ternyata juga mencari tambahan penghasilan. Tambahan itu di hasilkan dengan cara melayani tamu (menemani berkaraoke hingga menemani di ranjang) laki – laki yang mengordernya. Ironisnya mereka mempunyai semacam komunitas dan tentunya punya “mami”. Dan “mami” inilah yang selama ini mengkoordinir segala bentuk transaksi. Yaaahhh… semacam prostitusi online gitu kayanya. Dari bujuk rayu teman yang di temui itu, Putri tergoda melakukan hal yang sama. Dan beginilah kondisi Putri saat ini. Buruh pabrik, PK online (Pemandu Karaoke), sekaligus bisa melayani servis plus-plus. Kenapa? Karena upah yang di terima sebagai buruh tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan dia juga butuh hiburan, jawab dia dengan singkat namun mengandung arti yang sangat luas.
Miris…miris sekali. Fenomena jam kerja yang tidak jelas di pabrik Garments, upah kurang layak dan kawasan hiburan (Bandungan) yang tidak jauh dari kawasan pabrik ternyata dampaknya cukup memprihatinkan.
Wulan Jateng 4/Coed