​Menakar kekuatan daya beli.

(SPN News) Jakarta, Banyak kalangan yang berbeda pendapat mengenai Daya beli masyarakat. Ada pihak yang mengatakan daya beli masyarakat menurun, tapi pihak lain mengatakan daya beli tidak menurun, hanya terjadi pergeseran kebutuhan karena perilaku konsumsi yang mengikuti hierarki kebutuhan.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) semester II tahun 2017 sebesar  5,01% atau turun dibanding periode yang sama tahun 2016 yang mencapai 5,18%. Terjadi penurunan pada sektor industri perdagangan dari 1% menjadi 0,66%, sektor perdagangan dari 0,55% menjadi 0,51%, dan lainnya dari 2,71% menjadi 2,55%. Sementara itu, sektor yang meningkat adalah infokom dari 0,43% menjadi 0,53%, dan konstruksi dari 0,49% menjadi 0,66%.

Daya beli masyarakat dipengaruhi oleh naiknya harga barang (inflasi) dan pendapatan masyarakat. Hingga kuartal kedua tahun 2017, inflasi terjadi sebesar 2,35%. Inflasi tertinggi tahun ini terjadi pada barang-barang, seperti perumahan, air, listrik, gas yang menyumbang 2,03%; bahan bakar, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang 1,17%.

Baca juga:  TKI DI MALAYSIA TIDAK DIAKUI SEBAGAI PEKERJA

Di sisi lain, pendapatan per kapita per tahun menunjukkan tren peningkatan. Dalam lima tahun terakhir, mengalami peningkatan dari Rp 35,1 juta pada 2012 hingga Rp 48 juta pada tahun 2016. Apabila melihat kelompok buruh, buruh tani pun mengalami peningkatan upah nominal dari Rp 47.898 per hari pada Juni 2016 menjadi Rp 49.912 per hari pada Juni 2017.

Meski demikian, upah riil mengalami penurunan dari Rp 37.421 menjadi Rp 37.396 dalam periode yang sama. Upah buruh bangunan mengalami hal serupa, dari nominal Rp 82.028 per hari naik menjadi Rp 83.975 per hari. Namun, upah riil turun dari Rp 65.997 per hari menjadi Rp 64.736 per hari.

Indikator yang menarik lainnya adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan. DPK tersebut menunjukkan peningkatan pada deposito atau simpanan jangka panjang. Sementara itu, simpanan jangka pendek atau tabungan mengalami penurunan. Masyarakat berkecenderungan membatasi konsumsi mereka dan meningkatkan simpanannya di bank.

Baca juga:  PENGUSAHA TIDAK BAYAR JAMSOS, DIREKSI BPJS WAJIB MENAGIH DAN MENJATUHKAN HUKUMAN

Hasil survei Bank Indonesia (BI) tentang indeks penjualan riil, pembelian barang tahan lama, keyakinan konsumen, dan perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang memperlihatkan penjualan riil sempat mengalami penurunan di awal tahun. Meskipun demikian, kondisinya kembali meningkat dan hampir sama dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, indeks pembelian barang tahan lama dan keyakinan konsumen terlihat terus naik.

Penurunan daya beli pada sebagian kebutuhan atau terjadinya pergeseran kebutuhan dapat dilihat pada indeks produksi triwulan yang menurun 2 digit yang tertera pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Penurunan terjadi pada produk farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional dari 118,29 menjadi 108,3. Selain itu, peralatan listrik juga mengalami penurunan dari 141,21 menjadi 133,26. Jasa reparasi, pemasangan mesin, dan peralatan turun dari 108,98 menjadi 102,11. Sementara itu, beberapa kenaikan yang paling besar dialami oleh industri komputer barang elektronik dan optik dari 146,76 naik menjadi 207,09.

Shanto dikutip dari berbagai sumber/Editor