Gambar Ilustrasi

Sejumlah pengamat memprediksi 2020 pertumbuhan ekonomi hanya berkisar 4,8%-4,9%. Jika ini terjadi, bisa dibilang tahun ini sangat berat bagi para pencari kerja.

(SPN News) Jakarta, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 diperkirakan di bawah asumsi APBN 2020 sebesar 5,3%. Sejumlah pengamat memprediksi tahun 2020 pertumbuhan ekonomi hanya berkisar 4,8%-4,9%. Jika ini terjadi, bisa dibilang tahun ini sangat berat bagi para pencari kerja.

Berdasarkan data asumsi realisasi pertumbuhan ekonomi hanya 5% di tahun 2019, pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira melihat elastisitas tenaga kerja per 1% pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan pekerjaan untuk 510.000 orang. Data tambahan tenaga kerja per Agustus 2019 mencapai 2,55 juta. Sementara itu untuk asumsi di 2020 ekonomi lebih rendah dari 2019, yakni 4,8%, dan serapan tenaga kerja baru lebih rendah dari 2 juta orang. Maka elastisitasnya akan turun ke 416.000 orang setiap 1% pertumbuhan ekonomi.

Baca juga:  AKSI MOGOK KERJA PSP SPN PT LUNG CHEONG BROTHER INDONESIA

“Ini tidak akan cukup untuk turunkan angka pengangguran ke 4,8% atau turun secara nominal dari 7,05 juta menjadi 6,5juta. Karena Indonesia akan membutuhkan 550.000 lapangan kerja baru. Sementara penduduk masuk usia kerja juga naik setiap tahun,” ujarnya.

Menurut Head of Research Division BNI Sekuritas Damhuri Nasution, meski tahun 2020 pertumbuhan ekonomi bisa menembus 5,3%, pencapaian tersebut belum bisa menyerap angkatan kerja baru yang masuk ke pasar tenaga kerja. Diperkirakan untuk bisa menampung angkatan kerja baru di 2020, pertumbuhan ekonomi perlu digenjot kelevel 6%-7%. Ini tentu angka mustahil yang bisa diraih di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan tahun ini.

Untungnya, dalam dunia digital saa tini, sektor ekonomi kreatif banyak bertumbuh dan munculnya perusahaan-perusahaan rintisan (startup) baru. Hal ini setidaknya bisa menyediakan lapangan kerja meski secara informal. “Misalnya untuk transportasi online, e-commerce yang butuh tenaga packaging, mengantar barang, dan lainnya. Jadi pengangguran bisa juga tetap rendah walau pertumbuhannya masih di sekitar 5%,” papar Damhuri.

Baca juga:  MK PUTUSKAN TASPEN DAN ASABRI TIDAK DILEBUR DALAM BPJS

Sementara itu Bhima menyarankan untuk bisa mengatasi menampung angkatan kerja baru, pemerintah perlu merevitalisasi sektor pertanian dan manufaktur. Dua sektor itu paling besar dalam membuka lapangan kerja.

Untuk itu pemerintah perlu memberikan insentif sektor pertanian dan industri lebih besar lagi, khususnya yang padat karya. Selain itu pemanfaatan Kartu Prakerja disebutnya juga harus dipercepat dan tepat sasaran. “Booming ekonomi digital harus dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja. Bukan saja untuk pekerjaan low skill seperti ojek online, tapi juga di sektor TI yang high skill,” papar Bhima.

SN 09/Editor