Ilustrasi

Pada Hari Dunia untuk Pekerjaan Layak, Christina Hajagos-Clausen dari IndustriALL berbicara tentang dampak Covid pada pekerja garmen dan kampanye global untuk mencapai perlindungan sosial bagi para pekerja ini.

 

Ketika Pavi* kehilangan pekerjaannya dua tahun lalu, segalanya langsung berubah. Sebelumnya, dia bekerja sebagai operator di sebuah pabrik garmen di Bangladesh selama lebih dari satu dekade. Sekarang dia kehilangan penghasilan dan masih harus berjuang untuk menghidupi ketiga anaknya.

“Saya punya tiga anak. Suami saya lumpuh – sakit parah. Saya menjadi satu-satunya sumber nafkah keluarga. Anak-anak saya semuanya sekolah. Saya harus membayar biaya dokter. Ada begitu banyak pengeluaran. Saya benar-benar sudah tidak kuat. Anak-anak harus ke sekolah. Saya butuh banyak
uang, tetapi saya tidak bisa mendapatkan apa-apa.”

 

Negara-negara produksi garmen dunia selatan memberikan pajak rendah dan regulasi longgar kepada merek-merek besar, tetapi hanya sedikit merek yang memenuhi kewajiban mereka kepada para pekerja pabrik.

 

Pavi tidak sendirian. Hanya sedikit pekerja garmen yang memiliki jaring pengaman. Penyakit, kehamilan, atau efisiensi dapat melemparkan para keluarga ke dalam jurang kemiskinan. Pandemi Covid telah menguak dan memperparah kerentanan para pekerja ini.

 

Shayan* diminta meninggalkan pekerjaannya setelah istrinya jatuh sakit dan dia tidak dapat masuk kerja. Dia telah bekerja di sana selama hampir lima tahun. Istrinya adalah pasien kanker dan dirawat di rumah sakit setelah dia tertular Covid.

“Ketika saya kembali ke pabrik, mereka mengatakan mulai besok saya jangan masuk kerja lagi. Mereka menggunakan bahasa yang sangat kasar.”

 

Istri Shayan tidak tertolong. Saat ini Shayan membesarkan putranya yang berusia 9 tahun sendirian, menghidupi keluarga besarnya dan bekerja sebagai penarik rickshaw untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pabrik belum membayar semua hak-haknya. Dengan bantuan dari serikatnya dan IndustriALL, dia berhasil mendapatkan sebagian uang yang menjadi haknya, tetapi tidak semuanya. “Saya
berusaha agar anak laki-laki saya ini bisa mendapatkan pendidikan, berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga. Jika pabrik memberikan hak-hak saya, maka saya pikir saya akan dapat menempatkan anak saya di posisi yang lebih baik.”

Baca juga:  BURUH DEPOK TOLAK RUU CIPTA KERJA

 

Selain mereka yang terkena dampak langsung dari virus, Covid juga telah merampas ribuan dari pendapatan mereka karena pabrik tutup atau kehilangan pesanan.
Manabi* menangis ketika dia memberi tahu kami bahwa pabrik tempat dia bekerja di finishing selama lima tahun terakhir ditutup enam bulan lalu. Tidak dapat membayar sewa rumah dan membeli makanan, dia terpaksa berhutang yang melumpuhkan dan sekarang menghadapi pengusiran.

 

“Saya berhutang. Tapi saya tidak bisa melunasinya. Sekarang tidak ada lagi yang
memberi kami uang. Jika anak saya meminta makan, saya tidak bisa memberikan apa-apa padanya.”

 

Industri pakaian jadi global memberikan kekecewaan pada para pekerja ini dengan banyak merek masih berpegang teguh pada inisiatif sukarela dan audit masing-masing pabrik.

 

Jika kita ingin mencapai pekerjaan yang layak di sektor garmen, komitmen supply chain (rantai pasokan) harus dapat ditegakkan secara hukum. Gerakan sukarela tidak dapat menghentikannya. Kita membutuhkan perjanjian yang mengikat antara merek, produsen, dan serikat pekerja yang menyediakan jaring pengaman yang layak bagi pekerja. Perjanjian Internasional tentang Kesehatan dan Keselamatan di Industri Tekstil dan Garmen yang baru dirundingkan memberikan model bagaimana seharusnya hubungan industrial rantai pasokan modern terlihat. Memperkuat power (kekuatan) serikat pekerja di dalam sektor ini adalah kuncinya. Mengorganisir pekerja secara lokal akan menciptakan pengaruh yang lebih besar untuk menempatkan jaring pengaman ini pada tempatnya. Dengan bergabung secara internasional, dan berpartisipasi dalam kampanye global IndustriALL, serikat pekerja dapat membantu mengubah seluruh sektor menjadi lebih baik.

Baca juga:  PETUGAS KPPS PEMILU 2024 DAPAT JAMINAN SOSIAL BPJS KETENAGAKERJAAN DAN UANG SANTUNAN

 

Untuk informasi lebih lanjut tentang kampanye IndustriALL terkait perlindungan sosial di sektor garmen, hubungi chajagos-clausen@industriall-union.org
* Nama-nama yang digunakan di atas telah diubah untuk melindungi identitas pekerja, tetapi pekerja yang dikutip di sini semuanya berasal dari Bangladesh

 

Apa itu perlindungan sosial??
Perlindungan sosial adalah seperangkat kebijakan dan program yang dirancang untuk mengurangi dan mencegah kemiskinan serta kerentanan di sepanjang siklus hidup. Perlindungan sosial meliputi tunjangan bagi anak dan keluarga, maternitas, pengangguran, kecelakaan kerja, sakit, hari tua, disabilitas, penyintas, serta perlindungan kesehatan. Perlindungan sosial dapat diberikan oleh negara, melalui skema iuran atau manfaat yang dibiayai pajak, atau oleh pemangku kepentingan lain seperti pengusaha.

 

Tentang industri pakaian jadi Pekerja perempuan: Hampir 80% pekerjaan di sektor pakaian jadi dipegang oleh perempuan, sementara pekerja perempuan hanya sekitar sepertiga dari tenaga kerja manufaktur dunia. Pekerjaan di mana mayoritas pekerjanya adalah perempuan cenderung memiliki upah rendah, jam kerja panjang, terpapar risiko kesehatan dan keselamatan kerja serta kekerasan dan pelecehan.

 

Dunia selatan: Industri garmen padat karya, membutuhkan investasi rendah, teknologi rendah dan nilai tambah rendah, sehingga manufaktur garmen terkonsentrasi di dunia selatan. Dalam beberapa kasus, manufaktur garmen adalah industri yang dominan di ekonomi ini.

 

Dampak ekonomi dari Covid: Data impor pemerintah untuk pasar Amerika Serikat dan Eropa menunjukkan selisih USD 16 miliar dalam impor pakaian untuk tahun 2020, sebagian besar karena pesanan dibatalkan.