Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) bekerja sama dengan Sekolwh Buruh Yogyakarta mengadakan Talk Show dengan tema “Prospek Gerakan Buruh di Era Industri 4.0 dan Rezim Pasca Pemilu”
(SPN News) Yogyakarta, (27/4/2019) Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) bekerja sama dengan Sekolah Buruh Yogyakarta mengadakan acara Talk Show Ketenagakerjaan. Acara yang mengambil tema “Prospek Gerakan Buruh di Era Industri 4.0 dan rezim pasca pemilu” merupakan salah satu agenda sekaligus konsolidasi menyambut peringatan Mayday 2019 bagi Pekerja/buruh di Yogyakarta. Kegiatan berlangsung di kedai Kopi Margomulyo Pojok Alun – Alun Utara Yogyakarta dengan dihadiri oleh 75 orang aktivis buruh di Yogyakarta baik dari kalangan mahasiswa, lembaga bantuan hukum maupun lembaga swadaya masyarakat serta wartawan dari media cetak dan elektronik.
Adapun tujuan dari kegiatan talkshow ini :
1. Memahami sejauh mana dampak yang muncul akibat revolusi industri 4.0 khususnya bagi masyarakat Pekerja/buruh Yogyakarta.
2. Melahirkan abstraksi rencana strategis bagi PUK/PSP, SP/SB bahkan Konfederasi pekerja /buruh, khususnya di Yogyakarta.
3. Mengetahui permasalahan ketenagakerjaan yang lahir dan akan lahir dari produk kebijakan yang telah dan akan digelontorkan, berkenalan dengan revolusi industri 4.0 dan rezim pasca pemilu.
4. Mengetahui lebih jauh tantangan dan peran yang ada di PUK/PSP, SP/SB bahkan Konfederasi Pekerja /buruh, khususnya di Yogyakarta.
5. Sebagai konsolidasi gerakan menuju May Day1 Mei 2019
Adapun yang menjadi narasumber dalam acara talkshow tersebut berasal dari beberapa unsur. Diantaranya adalah :
a. dari unsur aktivis Pekerja/buruh yaitu Irsyad Ade Irawan dari DPD KSPSI DIY, Hariyono dari SPN,
b. dari unsur akademisi adalah Nindri yang merupakan dosen Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta
Acara berlangsung mulai dari pukul 15.00 diawali dengan konferensi pers dari panitia kepada media tentang acara talk show tersebut, kemudian dilanjutkan acara talk show itu sendiri.
Menurut Ketua DPD SPN DI Yogyakarya Abu Taukit salah satu pemrakarsa acara ini mengatakan “jadi kenapa acara di angkringan/warung kopi?, agar acara lebih santai dan kita pilih agak siang atau sore karena kalau malam nanti peserta kalah jumlahnya dengan para pengunjung/pelanggan angkringan”, kata Abu Taukit.
SN 13/Editor