Untuk memgatasi permasalahan yang ada, industri TPT harus memperbaiki rantai pasok

(SPN News) Jakarta, Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) diyakini mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa dari ekspor pada tahun ini. Sepanjang Januari-Juli 2018, nilai pengapalan produk TPT Indonesia sudah mencapai US$ 7,74 miliar dan ditargetkan hingga akhir tahun 2018 bisa menembus sebesar US$ 14 miliar.

Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G Ismy menuturkan target dari pemerintah bisa saja tercapai. “Kemungkinan lebih dari US$ 13,7 miliar,” kata Ernovian (23/9).

API juga meminta agar ekspor bisa meningkat, pemerintah dapat memercepat implementasi Indonesian – European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Lalu mempercepat negosiasi perjanjian bilateral trade balance dengan Amerika Serikat (AS) untuk serat kapas dan produk TPT. Kemudian melakukan diplomasi dagang dengan negara-negara sebagai pemasok utama bahan baku kapas, disolving pulp, petrokimia, dan lainnya ke Indonesia. Selain itu juga promosi dagang ke negara-negara yang beriklim tropis dan memiliki pantai.

Hanya saja API melihat masing-masing industrinya, baik industri hulu – industri antara – industri hilir, berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada harmonisasi kerjasama antar sesama industrinya dalam berproduksi maupun penjualannya. Akibatnya rantai pasok (supply chains) di industri TPT nasional dalam negeri tidak jalan. Oleh karena itu, perlu bersama-sama dibentuk terstruktur pola produksi dan penjualannya, yaitu mulai dari pembuatan serat & filament, produsen benang, produsen kain tenun & rajut, sampai dengan produsen pakaian jadi, dan produsen produk jadi tekstil lainnya. Hal ini supaya terjadi rantai pasok yang produktif dan efisien.

Baca juga:  PEMBUKAAN RAKORDASUS DAN RAKERDA SPN JAWA TENGAH

Salah satu pelaku usaha yakni PT Century Textile Industry Tbk (Centex) juga ingin memperkuat ekspor. Ho Soo Boon, President Director PT Century Textile Industry Tbk (Centex) menjelaskan proporsi ekspor masih sebesar 80% dari total penjualan dan sisanya domestik. “Apalagi kami punya mesin baru yang diharapkan bisa meningkatkan pejualan kami,” kata Boon. Pasar ekspor yang baru dibidik yakni di AS. Bila awalnya proporsi per tahun nya hanya 4% ditingkatkan menjadi 11% dari total produksi. Namun secara kuantitas pasar di Jepang masih menjadi proporsi terbesar.

Beberapa waktu lalu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, ekspor di industri TPT dapat ditingkatkan lagi seiring selesainya skema perjanjian kerjasama ekonomi yang komprehensif antara Indonesia dengan Australia (IA-CEPA). Menperin menjelaskan, bea masuk produk tekstil dan pakaian Indonesia ke Australia akan dihapuskan atau menjadi 0%. Kebijakan bilateral ini bakal ditandatangani akhir tahun ini.

Baca juga:  MAKNA BERPUASA di BULAN RAMADHAN

“Melalui IA-CEPA tersebut, seluruh produk Indonesia yang diekspor ke Australia, bea masuknya 0%. Termasuk produk TPT, yang sebelumnya dikenakan tarif 10%-20 %. Artinya, kemitraan strategis ini untuk peluang kita memperluas pasar ekspor,” kata Airlangga dalam keterangan pers, (19/9).

Pemerintah Indonesia juga tengah berupaya merampungkan perundingan free trade agreement (FTA) dengan Uni Eropa dan AS. Kementerian Perindustrian mencatat, nilai ekspor dari industri TPT nasional mencapai US$ 12,58 miliar pada tahun 2017 atau naik 6% dibanding tahun sebelumnya. Dengan membidik ekspor industri TPT sebesar US$ 14 miliar pada 2018, diproyeksi akan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,95 juta orang.

Shanto dikutip dari Kontan.co.id/Editor