Hari raya Idul Fitri merupakan salah satu dari hari raya yang sangat dinanti-nantikan oleh umat Islam di Indonesia. Hati raya Idul Fitri merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa dan memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan dari ibadah puasa yaitu untuk menciptakan manusia yang bertaqwa. Sering kali kita mendengar bahwa hari raya Idul Fitri adalah juga hari kemenangan dan bagi umat Islam yang telah lulus menjalankan ibadah puasa serta ibadah-ibadah lain selama bulan Ramadhan maka dosanya akan diampuni dan diibaratkan seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya.
Adapun terkait hidangan khas waktu Idul Fitri yaitu ketupat, dalam bahasa Jawa ketupat diartikan dengan ngaku lepat alias mengaku kesalahan, bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia. Ke mana pun arah yang ingin ditempuh manusia hendaknya tidak akan lepas dari pusatnya yaitu Allah SWT.
Oleh sebab itu ke mana pun manusia menuju, pasti akan kembali kepada Allah. Rumitnya membuat anyaman ketupat dari janur mencerminkan kesalahan manusia. Warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran. Janur yang ada di ketupat berasal dari kata jaa-a al-nur bermakna telah datang cahaya atau janur adalah sejatine nur atau cahaya. Dalam arti lebih luas berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya selama bulan Ramadan.
Adapun filosofi santen yang ada di masakan ketupat adalah suwun pangapunten atau memohon maaf. Dengan demikian ketupat ini hanyalah simbolisasi yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan hal ini merupakan makna filosofis dari warna putih ketupat jika dibelah menjadi dua. Sedangkan, janur melambangkan manusia yang telah mendapatkan sinar ilahiah atau cahaya spiritual/cahaya jiwa. Anyaman-anyaman diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani dan rohani.
Pemaknaan hari raya Idul Fitri hendaknya bersifat positif seperti menjalin silaturahim sebagai sarana membebaskan diri dari dosa yang bertautan antar sesama makhluk. Silaturahim tidak hanya berbentuk pertemuan formal seperti Halal bi Halal, namun juga bisa dengan cara menyambangi dari rumah ke rumah, ngobrol, saling mengenalkan dan mengikat kerabat dan atau pertemanan. Apalagi sekarang permohonan maaf dan silaturahim sudah tidak mengenal batas dan waktu sebab bisa menggunakan jejaring media sosial seperti contoh lewat sms, up date status, inbox di facebook, whatsapp, twiter, BBM dll.
Begitulah pentingnya silaturah sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan melainkan keduanya akan diampuni (dosanya) sebelum mereka berpisah. (HR.Daud,Tirmidzi&Ibnu Majah) . “
Kini kita dengan rasa suka cita dan senang karena kita menyambut hari kemenagan disamping itu kita juga bercampur sedih, dan dengan linangan air mata bahagia kita di tinggalkan bulan Ramadhan yang penuh berkah, maghfirah dan Rahmat Allah SWT. Banyak pelajaran dan hikmah, faidah dan fadhilah yang kita dapatkan.
Kini bulan Ramadhan telah berlalu, tapi satu hal yang tidak boleh meninggalkan kita dan harus tetap bersama kita yaitu spirit dan akhlakiyah puasa Ramadhan, sehingga 1 Syawal harus menjadi Imtidad atau lanjutan Ramadhan dengan ibadah serta kesalehan sosial. Sebab kata Syawal itu sendiri artinya peningkatan. Inilah yang harus mengisi sebelas bulan ke depan dalam perjalanan hidup kita.
Dalam kesempatan berlebaran di hari raya yang suci ini, mari kita satukan niat tulus ikhlas dalam sanubari kita, kita hilangkan rasa benci, rasa dengki, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong dan rasa bangga dengan apa yang kita miliki hari ini. Mari kita ganti semua itu dengan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan. Dengan hati yang tulus, bibir yang tersenyum kita ulurkan tangan untuk saling berjabat tangan dan berucap selamat hari raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin. Semoga dengan spirit Ramadhan dan idul Fitri ini kita akan bisa menyongsong “kerasnya” perjuangan dalam mengarungi kehidupan, menegakkan peraturan dan keadilan untuk kesejahteraan dimasa yang akan datang.
Shanto dikutip dari berbagai sumber/Coed