(SPNews) Jakarta, (3/5/2016) Setiap tanggal 2 Mei kita memperingati hari pendidikan nasional. Tanggal 2 mei merupakan tanggal lahirnya Ki Hajar Dewantara atau Raden Mas Seowardi yang merupakan pelopor pendidikan di Indonesia. Beliau telah mendedikasikan dirinya untuk pendidikan di negeri ini. Sejarah mencatat pada tahun 1922 beliau mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, sebuah institusi sekolah bagi rakyat Indonesia.
Sebuah perjuangan yang tidak mudah. Pada masa itu bangsa Indonesia berada dalam cengkraman penjajah Belanda, sehingga rakyat Indonesia mayoritas masih hidup dalam kebodohan, hanya golongan tertentu saja yang bisa menikmati pendidikan walaupun masih juga ada keterbatasan. Pada masa itulah Ki Hajar Dewantara menggebrak untuk mendobrak segala tembok yang menghalangi bangsa Indonesia untuk mengenal pendidikan, demi lahirnya generasi baru yang akan berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Hari ini kita sudah merdeka, sudah menikmati kebebasan walaupun belum menikmati keadilan secara utuh. Kita masih sering melihat masih banyak generasi muda masa depan bangsa ini belum menikmati pendidikan yang layak. Masih banyak anak-anak buruh, petani, nelayan dan rakyat miskin yang masih bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Bagaimana bangsa ini akan meraih kemajuan dan masa depan gemilang kalau anak-anak generasi masa depan bangsa ini masih khawatir dengan sekolahnya ?, sampai jenjang apa pendidikannya ?, apakah anak-anak buruh, petani, nelayan dan rakyat jelata bisa kuliah ?. Dan yang lebih miris lagi, bagaimana nasib dan masa depan para guru honorer?, mereka dituntut untuk mendidik generasi masa depan bangsa ini sementara masa depan mereka sendiri masih menjadi tanda tanya besar yang perlu untuk dijawab.
Sudah selayaknya pemerintah menyelesaikan semua permasalahan ini, jadi jangan sampai hari pendidikan nasional hanya menjadi hari yang diisi dengan acara seremonial tanpa adanya solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan di dunia pendidikan.
Shanto/Jabar 6/CoED