Gambar Ilustrasi
Akibat pandemik covid-19, pelaku bisnis ritel mengharapkan insentif dari pemerintah
(SPN News) Jakarta, Pandemi Covid-19 telah memukul industri ritel di Indonesia. Sejumlah pusat perbelanjaan di beberapa kawasan di Indonesia memilih tutup untuk menghambat penyebaran virus corona.
Akibatnya sektor ritel menjadi salah satu yang paling terpukul oleh pandemik Covid-19. Bahkan, saat fase kenormalan baru dimulai, penjualan sektor ritel pun tidak kunjung pulih.
Untuk itu, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan bahwa pebisnis ritel di Indonesia membutuhkan insentif berupa sokongan pembayaran gaji karyawan dan penyewaan toko.
“Kami mengharapkan pemerintah memberikan insentif kepada kami seperti pemerintah Singapura dan Malaysia mensubsidi pengusaha ritelnya. Hal itu dilakukan dengan penalangan gaji karyawan ritel dan bantuan sewa baik untuk pengusaha ritel dan developer pemilik mall,” kata dia (4/8/2020).
Lebih lanjut, Budiharjo memaparkan jika pemerintah saat ini memberikan himbauan kepada pengusaha ritel untuk tidak memberhentikan pekerjanya, sementara biaya gaji karyawan menjadi pukulan berat bagi peritel tiap bulannya. Dengan memberikan penalangan gaji kepada karyawan kepada perusahaan, perusahaan dapat menggerakkan cashflow untuk membayar supplier dan pengelola pusat perbelanjaan, serta melakukan pembelanjaan barang untuk dijual lagi.
Tak hanya itu, dengan membantu para karyawan, perekonomian kembali terdorong dengan perputaran konsumsi.
“Perputaran ekonomi ini memang perlu didorong dari konsumsi, ini yang sangat penting di industri ritel,” sambungnya.
Budihardjo menjelaskan, di Singapura dan Malaysia, pemerintahannya memberikan insentif berupa sokongan 70% dari UMP gaji karyawan. Tiap perusahaan, Pemerintah menyuntikkan bantuan kepada sekitar 100 karyawan.
“Dengan stimulus atau insentif pemerintah, serta bantuan dari perbankan, industri ritel dalam negeri masih akan bisa tertopang sampai tahun depan,” tutupnya.
SN 09/Editor