Saat ini industri tengah bergerak ke revolusi 4.0, di mana kualitas tenaga kerja benar-benar menentukan

(SPN News) Jakarta, Pemerintah Indonesia harus bergerak cepat dalam mengimbangi perubahan teknologi terutama di dunia industri. Saat ini industri tengah bergerak ke revolusi 4.0, di mana kualitas tenaga kerja benar-benar menentukan.

Direktur Eksekutif Economic Action Indonesia (EconAct) Ronny P Sasmita mengungkapkan pemerintah harus meningkatkan keterampilan para lulusan siap kerja dan menyelaraskan dengan kebutuhan dunia industri. Indonesia yang ingin menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada 2030, maka Indonesia juga membutuhkan 113 juta tenaga kerja terampil.

“Menurut data Kemnaker, Indonesia saat ini memiliki 56 juta tenaga terampil. Jadi, masih berkurang 57 juta lagi. Jika sekadar jumlah, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia memiliki 131 juta angkatan kerja. Setiap tahun angkatan kerja juga bertambah 2 juta orang. Artinya, melebihi kapasitas,” ujarnya, (11/7/2018).

Baca juga:  PERAYAAN MAY DAY 2019 DI KOTA TANGERANG

Masalahnya, menurut Ronny, sebanyak 60,25 persen angkatan kerja baru itu di antaranya adalah tenaga kerja berpendidikan rendah, setingkat SD dan SMP. Sedangkan ditingkat lulusan perguruan tinggi pun terjadi mismatch dan pekerja yang berada di bawah kualifikasi (underqualified) sehingga kualitas kompetensi menjadi di bawah standar.

“Inilah yang digadang-gadang sebagai sebab mengapa lulusan perguruan tinggi pun banyak jadi pengangguran,” tambah dia.

Dan hal tersebut terafirmasi dengan Data BPS yang menunjukkan bahwa terdapat 7,04 juta orang pengangguran di seluruh Indonesia.

“Itu semua adalah yang tercatat, yang tidak tercatat tentu bisa jauh lebih banyak dari itu,” Ronny menegaskan.

Transformasi industri harus diikuti transformasi pekerjaan. Perkembangan teknologi mau tidak mau akan mengeliminasi sejumlah keahlian untuk posisi pekerjaan tertentu. Begitu juga dengan keahlian yang tiba-tiba bisa saja menjadi kuno, lalu menghilang di dalam sebuah perusahaan karena tak dibutuhkan lagi. “Karena itu, perbaikan utama yang dilakukan meningkatkan kualitas SDM,” pungkas dia.

Baca juga:  PABRIK MIRAS BOLEH BEROPERASI DI 4 PROVINSI

Shanto dikutip dari Liputan6.com/Editor