(SPNEWS) Jakarta, Banyak hal yang menimbulkan kemiskinan dan kemiskinan sejati adalah kemiskinan mental. Namun tetap saja kemiskinan itu berawal dari kemiskinan material. Ajaran agama pun menggambarkan bahwa kemiskinan ini akan berakibat kekufuran, orang yang kesulitan material cenderung untuk mengambil jalan pintas, berbuat kriminal yang tentu saja akibatnya akan merugikan banyak pihak.

Praktik perburuhan pada kenyataannya banyak yang melakukan penindasan yang berujung kepada kemiskinan pada kaum buruh tersebut. Padahal menjadi buruh adalah salah satu harapan dari mereka agar dapat memperbaiki nasib dan kehidupan mereka. Ada pun faktor yang mendorong kemiskinan terhadap kaum butuh adalah : A. Faktor lingkungan, karena didaerah asal mereka tidak memiliki lahan garapan, kekeringan, iklim yang tidak cocok, untuk bercocok tanam sehingga akhirnya memaksa mereka untuk pindah ke kota dengan bekal pendidikan dan keterampilan seadanya sehingga mereka umumnya bekerja sebagai buruh kelas bawah. B. Alasan individual karena hanya mengejar status dan kepastian upah meskipun minim tetapi rutin dan pasti yang akhirnya tidak upah mereka tidak pernah dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. C. Alasan keluarga, banyak buruh yang sudah tidak betah dengan lingkungan kerjanya mereka ingin pindah kerja tetapi keluarga (orang tua, istri) melarang karena ragu dengan kepastian nasib dimasa datang. D. Penyebab sub budaya yaitu yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari. Buruh biasanya hidup bersama-sama dalam komunitas butuh yang biasanya sama-sama miskin. Satu sama lain saling membantu untuk berhutang. E. Sosial politik yang tidak stabil membuat harga- harga melambung tinggi yang tidak sebanding dengan kenaikan upah itu sendiri, belum lagi pajak dan jaminan sosial yang harus dibayar oleh buruh. F. Penyebab struktural, kebijakan dan praktik ekonomi sebuah negara berdampak secara signifikan kepada negara lain, di antaranya perdagangan bebas dan sistem pengupahan yang memisahkan buruh dengan hasil produksinya.

Baca juga:  KOPERASI SEBAGAI SARANA UNTUK MENSEJAHTERAKAN PEKERJA

Kelas buruh muncul sebagai efek dari perkembangan industri baik manufaktur maupun perkebunan berskala besar. Buruh selalu berpikir dalam bingkai perusahaan sehingga posisinya selalu lemah dan tidak bisa mandiri. Buruh sangat tergantung kepada pengusaha/pemilik modal dan karena ketergantungan dan ketakutan ini maka walaupun buruh jumlahnya sangat besar menjadi tidak memiliki pengaruh karena pola berpikir mereka yang selalu diarahkan menjadi personal. Tidak bekerja tidak dibayar upahnya kalau tidak dibayar mereka akan makan apa?, bagaimana dengan istri dan anak-anaknya?, hal-hal seperti ini yang akhirnya membuat mereka menjadi diam dan pasrah menerima “kemiskinan”. Selain itu secara sistematis buruh dipisahkan dari komunitas masyarakat lain, dimulai dengan pemaknaan yang negatif tentang buruh, status kerja, praktik pengupahan dan lain-lain, akibatnya butuh cenderung dimiskinkan secara sistematis.

Baca juga:  PELANTIKAN PENGURUS PSP SPN PT BEHAESTEK KABUPATEN PEKALONGAN

Shanto dari berbagai sumber/Coed