(SPNEWS) Jakarta, Buruh dan nasibnya cenderung lebih dekat kepada kekurangan. Buruh sudah sejak lama ditekan, diperas, dimarjinalkan dan ditindas sampai usianya menua di pabrik atau perusahaan lainnya. Setelah buruh semakin menua dan tidak produktif maka ia akan dibuang oleh perusahaan. Apabila buruh itu itu statusnya buruh tetap maka buruh tersebut masih akan mendapat sedikit uang pesangon sebagai balas jasa dari pengabdiannya selama bekerja pada perusahaan. Uang pesangon yang seringnya tidak cukup untuk menunjang masa tua seorang buruh beserta keluarganya, belum lagi kalau karena menua buruh tersebut menjadi sakit-sakitan maka akan lebih suram lagi nasib di hari tuanya. Apabila statusnya buruh kontrak maka sudah terbayang nasib lebih buruk akan menghantui masa tuanya

Sangat jarang buruh yang memiliki tabungan, upah Setiap bulannya habis dalam hitungan hari, yang ada memasuki tengah bulan seorang buruh sudah harus mencari utangan agar bisa bertahan sampai hari mereka menerima upah kembali. Dan ini terus berlangsung seperti lingkaran setan yang tidak ada putusnya. Inilah kenyataan yang suka tidak suka menggambarkan betapa nestapanya nasib sebagian besar buruh yang ada khususnya di Indonesia. Buruh diasumsikan sebagai golongan yang tidak menanggung resiko usaha, persaingan usaha dan bahan baku yang harganya cenderung selalu meningkat serta sulit didapat. Oleh karena itu banyak pengusaha yang berhitung dan mempekerjakan buruhnya dengan status kontrak dan lainnya dengan asumsi untuk memperoleh margin keuntungan yang lebih besar. Maka semakin jelas nasib buruh akan semakin suram seiring dengan status bekerja mereka yang tidak memberikan kepastian di masa depan.

Baca juga:  KALEIDOSKOP SPN MARET 2017

Alasan di atas tadi akhirnya menimbulkan ketergantungan dan ketakutan setiap buruh akan pekerjaannya. Banyak dari buruh tersebut ketakutan dan menerima saja upah dan status kerja yang mereka terima. Banyak perusahaan yang beranggapan bahwa sudah seharusnya buruh berterima kasih kepada mereka atas kesempatan kerja yang sudah diberikan, padahal pada kenyataannya mesin-mesin di pabrik dapat bekerja dan menghasilkan karena andil dari Setiap buruh yang ada. Inilah tantangan yang harus dihadapi oleh Setiap buruh yang ada, di saat kesempatan bekerja semakin sedikit, di saat angkatan kerja semakin banyak maka buruh akan selalu dihadapkan pada pilihan, menganggur atau bekerja dengan upah seadanya.

Sangat penting sekali keberpihakan dari pemerintah. Pengawasan dan penegakkan hukum ketenagakerjaan harus dilakukan agar praktik-praktik perbudakan modern bisa diberangus. Penting juga menumbuhkan kesadaran bagi buruh untuk berserikat sehingga mereka memiliki nilai tawar yang memadai sehingga bisa bernegosiasi dengan pemodal. Sungguh ini pekerjaan yang sangat berat terlebih lagi dengan kondisi semakin terpecahnya kekuatan buruh dalam memperjuangkan dan menyeruakan hak-haknya. Sering kali perjuangan buruh menjadi terkotak-kotakan hanya untuk kepentingan segelintir elit Pemimpinnya dan melupakan kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan anggota dan kepentingan buruh secara keseluruhan. Inilah tantangan yang harus dijawab oleh Setiap buruh, selain mereka harus menghadapi ketamakan pemodal mereka juga harus menghadapi dan mengalahkan ego dari dirinya mereka sendiri demi buruh bersatu yang bermartabat dan sejahtera.

Baca juga:  WORKSHOP NASIONAL AKHIRI KEKERASAN BERBASIS GENDER

Shanto dari berbagai sumber/Coed