Perusahaan sampai berita ini ditulis belum menanggapi permintaan PSP SPN untuk bipartit

(SPN News) Tangerang, (30/04/2020), Pasca ditutupnya operasional pabrik vendor AHM di Tangerang, buruh PT Auto Cipta Casting (ACC) mendirikan tenda perjuangan di depan pabrik sampai menunggu kepastian akan dibuka kembali pabriknya atau akan dututup selamanya. Para pekerja bergantian tiap shiftnya tinggal di tenda perjuangan.

Sejauh ini, semenjak tidak diperbolehkannya para pekerja masuk, pihak PSP SPN PT ACC sudah melayangkan surat pengajuan perundingan. Namun, sampai berita ini ditulis, pihak perusahaan belum menanggapi perihal undangan pertemuan tersebut.

“Tidak ada kabar sama sekali, surat undangan sudah diberikan ke bagian HRD, kebetulan kemarin ada, ada anak buah HRDnya,” ungkap Budi Hartono, Ketua PSP SPN PT ACC mengatakan.

Baca juga:  TERAPKAN PSAK 24 DI SETIAP PERUSAHAAN

Salah satu pekerja di PT ACC menyayangkan, tutupnya pabrik dilakukan secara sepihak, tanpa ada penyampaian resmi kepada Serikat/ pekerjanya.

“Tidak ada pemberitahuan, tiba- tiba ada kertas selembar berisi pengumuman nempel di pintu gerbang”, kata salah satu pekerja, bapak beranak dua.

Pria yang sudah bekerja hampir 14 tahun ini menerangkan, terakhir di hari Sabtu (25/04) masih melakukan pengiriman barang ke AHM Cikarang, Cibitung, Pulogadung dan mengirim barang ke sebuah gudang di kawasan Milenium Tigaraksa.

Dengan tatapan mata sayup, dia pun mengeluhkan, gaji bulan April yang belum kejelasan kapan akan dibayarkan untuk menyambung kebutuhan hidup sehari-hari untuk dirinya di Tangerang beserta istri dan kedua anaknya yang berada di kampung halaman.

Baca juga:  SPN KABUPATEN SEMARANG TUNTUT BUBARKAN BPJS

“Ya, kalau kita kan butuh makan, apalagi punya istri dan anak 2 dikampung, saya disini juga butuh makan dan bayar kontrakan”, lirihnya.

“Harapannya sendiri, saya tergantung perusahaannya, kalau masih dibutuhkan ya alhamdulillah masih kerja, tapi kalau mau tutup ya kasih hak-hak sebagai pekerja, mana mau lebaran, kami butuh THR untuk lebaran tahun ini”, Cetusnya.

SN 01/Editor