Tidak hanya upah tetapi pengusaha juga menghindari daerah dengan tradisi SP/SB yang kuat

(SPN News) Jakarta, Kenaikan upah menjadi salah satu alasan pengusaha untuk relokasi atau tutup pabrik, dan yang lebih parah adalah Disnaker atau pemerintah seperti berperan menjadi juru bicara pengusaha dalam mengkampayekan keluhan pengusaha tentang kenaikan upah tersebut. Yang akhirnya seolah-olah kenaikan upahlah yang menyebabkan perusahaan tutup dan akhirnya membuat pekerja/buruh mau saja diperlakukan semena-mena oleh pengusaha, sehingga tidak heran marak praktek pelanggaran jam kerja, upah dibawah upah minimum, status kerja tidak jelas dan lain-lain.

Padahal soal upah hanyalah salah satu alasan saja pengusaha memindahkan usahanya. Kalau kita perhatikan kenapa sekarang Jawa Tengah menjadi tujuan dari relokasi, selain alasan upah yang relatif rendah adalah karena di Jawa Tengah belum terbangun eksistensi/gerakan serikat pekerja/serikat buruh yang kuat. Karena pada dasarnya pengusaha dalam menjalankan usahanya lebih takut terhadap “pengawasan” SP/SB dari pada pemerintah. Jadi kalau ada bahasa bahwa SP/SB itu merupakan mitra dari para pengusaha itu hanya lips service saja, karena pada hakekatnya pengusaha takut kepada SP/SB terutama SP/SB yang mengakar kuat kepada anggotanya. Dari uraian di atas maka tidak mengherankan kalau di banyak pabrik di Jawa Tengah banyak perusahaan yang tidak memiliki SP/SB kalaupun ada SP/SB Mandiri yang tidak beraffiliasi ke mana-mana yang notabane lemah dan hanya mengikuti maunya pengusaha saja.

Baca juga:  PERUNDINGAN DEADLOCK, PEKERJA PT DONG SUNG MULSAN INDONESIA LAKUKAN UNJUK RASA

SP/SB penting sekali untuk menyikapi dan mewaspadai masalah ini, serta terus melakukan pengorganisasian di daerah industri baru agar eksistensi dari SP/SB terus terjaga dan tentu saja melindungi hak-hak pekerja/buruh dimana pun mereka bekerja.

SN 09/Editor