​Semangat Sumpah Pemuda demi sebuah Kemerdekaan. Sejatinya kemerdekaan seorang buruh adalah kesejahteraan.

Sejarah mencatat bahwa 28 Oktober 1928 adalah hari di mana semua organisasi dari berbagai latar belakang bersatu menyatukan sebuah visi perjuangan. Bentuk manifestasi dari perjuangan fisik para pendahulunya yang berubah menjadi gerakan perjuangan intelektual kaum muda dalam memperjuangkan kemerdekaan. Tanpa melihat dari daerah mana berasal, agama apa yang dipeluk, suku dari keturunan apa, serta apa keyakinan politiknya semua bersatu demi satu kata  KEMERDEKAAN.

Perjuangan saat itu demikian halnya perjuangan saat ini karena penjajahan itu nyata masih ada. Karena ternyata kemerdekaan itu hanya sebuah mimpi bagi sebagian rakyat, termasuk diantaranya adalah kaum buruh yang hingga kini nyata-nyata berada dalam penjajahan dari hak-haknya. Patut dipertanyakan ruh dari Sumpah Pemuda itu saat ini, rasa Nasionalisme yang dibangun 89 tahun yang lalu akhirnya menguap tanpa disadari oleh bangsa itu sendiri.

Organisasi serikat buruh pertama di Indonesia adalah organisasi buruh kereta api yaitu Staats Spoorwegen (SS) Bond  yang didirikan pada tahun 1905. Kemudian disusul serikat buruh berikutnya pada tahun 1908 yaitu  VSTP (Vereniging van Spooren Tram Personeel) dengan tulang punggungnya adalah kaum buruh kereta api NIS (Nederlands Indische Spoorwegenmaatschappij). Organisasi tersebut bukan hanya sekedar berjuang demi kemerdekaan dari kolonial tapi juga berjuang secara hak sebagai buruh. Lalu, apa kabar serikat  serikat buruh sekarang ? Bagaimana perjuangan anda saat ini ?

Baca juga:  GIG ECONOMY INDONESIA: MENANTI KEJELASAN DI TENGAH KEGEMILANGAN

Sebuah warisan semangat dari para pendahulu bangsa ini yang bersatu demi sebuah cita-cita. Sekarang… organisasi serikat buruh begitu beragam. Sesuai dengan sektor pekerjaannya masing  masing tapi mengapa tidak pernah ada kata ….BERSATU. Pertanyaannya, kemana semangat 89 tahun yang lalu ?, hilang ditelan arus globalkah ?, tugas utama yang kadang terlupakan oleh para aktivis buruh adalah mengorganisir. Tidak hanya mengorganisir keresahan dan tujuan yang akan dicapai tapi, paling penting adalah mengorganisir kesadaran. Terutama dan paling utama membangun kesadaran individu aktivis buruhnya itu sendiri. Sebagai modal untuk membangun kesadaran anggotanya sebagai buruh. Terbukti dengan aksi buruh yang hanya mementingkan kwantitas dengan berbagai cara daripada kwalitas aksi itu sendiri. Semua hanya terjebak dalam heroisme, aktivisme semata dan euforia aksi buruh. Tanpa memperhatikan aspek kemajuan kesadaran buruh.

Baca juga:  DERITA BAGI BURUH AKIBAT PANDEMI

Sebagai akibatnya tidak ada kemajuan yang signifikan dalam gerakan buruh Indonesia, ratarata nyaman menjadi aktivis / anggota organisasi buruh yang berpolitik,  ataupun kelompok-kelompok buruh tapi tidak merasa buruh. Akhirnya gerakangerakan tersebut hanya terjebak dalam jeratan ekonomisme dan momentum politik semata, dan selalu bangga dengan moral force dan pressure grup gerakan moral dan gerakan penekan. Kalau tetap begini perubahan tidak akan pernah kita capai. Oleh sebab itu kita tidak perlu mengulang kesalahan yang sama, mari kita hadir dengan budaya dan tradisi kaum buruh yang sebenarnya.

Solidaritas dan Soliditas kaum buruh adalah modal utama untuk mendorong perubahan di negeri ini. Kekuatan yang bisa menekan pemerintah dan pengusaha. Kekuatan yang bisa memerdekakan buruh itu sendiri dari penjajahan kapitalis. Jauhkan kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok. Mari semua membangun kesadaran, bersatu dalam nasionalisme buruh sebagai ruh dari Sumpah Pemuda demi sebuah Kemerdekaan. Sejatinya kemerdekaan seorang buruh adalah kesejahteraan.

Dede Hermawan/Editor