Ilustrasi

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengungkapkan sudah ada 1.099 pegawainya yang bersedia pensiun dini. Namun, jumlah pilot yang mengajukan lebih sedikit dari perkiraan Irfan

(SPNEWS) Jakarta, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengungkapkan sudah ada 1.099 pekerjanya yang bersedia pensiun dini. Namun, jumlah pilot yang mengajukan lebih sedikit dari perkiraan Irfan.

Program pensiun dini ditawarkan manajemen Garuda Indonesia ke pekerjanya karena pergerakan penumpang terus berkurang. Ratusan pesawat yang disewa dan milik perusahaan pun banyak yang menganggur. Dari 142 pesawat yang ada, Garuda akan mengoperasikan setengahnya.

“Ini program yang kita tawarkan dan sama sekali enggak punya intensi jahat dan ini mengikuti aturan UU Ketenagakerjaan. Sayangnya, dari ada 1.099 jumlah yang masuk, kami lihat jumlah pilot yang daftar tidak terlalu banyak,” kata Irfan dalam rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI, (21/6/2021).

Baca juga:  CEGAH PENYEBARAN COVID-19 MELUAS DI MM 2100, DISNAKER MINTA PERUSAHAAN DAN SP KETATKAN PENGAWASAN

Program pensiun dini ini dibuka selama sebulan atau hingga 19 Juni 2021. Rencananya akan dirampungkan hingga akhir tahun ini sama seperti pensiun dini tahun lalu dengan jumlah karyawan yang sukarela berhenti mencapai 700 orang. Meski sudah ada 1.099 karyawan yang sukarela pensiun dini, Irfan mengaku perusahaan belum memiliki dana untuk membayar mereka. Karena itu, pembayarannya dilakukan bertahap hingga akhir tahun ini. Irfan menjamin selama Surat Keputusan pensiun dini para karyawan yang sukarela itu belum keluar, mereka akan digaji dan menerima haknya sebagai karyawan.
“Belum ada, memang kita sepakati saat umumkan itu, eksekusi ini dilakukan sesuai dengan ketersediaan dana dan akan dilakukan bertahap,” terangnya.

Baca juga:  ANJURAN DISNAKER TIDAK SESUAI NORMATIF, PEKERJA CARI KEADILAN DI PHI

Menurut Irfan, program pensiun dini bukan satu-satunya cara perusahaan mengefisiensikan biaya perusahaan karena jumlah karyawan harus disesuaikan dengan alat produksi perusahaan. Masih ada cara lain yang terus didiskusikan dengan para karyawan. Salah satunya adalah berencana menawarkan skema cuti di luar tanggungan khususnya bagi pekerja perempuan yang akan dan baru melahirkan. Manajemen juga akan menawarkan program serupa bagi karyawan Garuda yang sedang melanjutkan studi agar mereka bisa meninggalkan perusahaan untuk waktu tertentu.

“Jadi kita lagi cari cara offering memenuhi kebutuhan karyawan. Tapi kita tidak ada keinginan mendzolimi karyawan,” ucap Irfan.

SN 09/Editor