Assalamu’alaikum
Teruntuk Ibu Kartini

Terima kasih atas semua perjuangan yang telah engkau lakukan untuk bangsa ini, sehingga kami pun bisa merasakannya hingga saat ini.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya ketika akan menjalani takdir hidup di kota kelahiranmu, Jepara. Kami, dari berbagai kota, mencoba mengadu nasib datang ke kotamu yang terkenal dengan Kota Ukir demi sebuah harapan untuk hidup yang lebih layak. Adanya relokasi pabrik-pabrik besar dari Serang yang hadir di sini memberikan kami peluang mengumpulkan pundi-pundi uang demi mencukupi kebutuhan kami.

Di pabrik, peluang kami sebagai perempuan dalam mendapatkan pekerjaan lebih mudah daripada tenaga kerja laki-laki. Hal ini berbeda dengan keadaan di masa mu kala itu. Perempuan sebagai seorang istri hanya tahu urusan kasur dan dapur. Sekarang laki-laki, khususnya para suami, mendukung istrinya untuk bekerja karena sulitnya mencari pekerjaan bagi mereka.

Dalam masalah upah di tempat kerja, perempuan dan laki-laki sama, porsi jabatan penting dalam perusahaan juga banyak diisi oleh perempuan. Sekarang dalam kegiatan organisasi, dalam pemerintahan pun, untuk porsi kehadiran perempuan minimal ada 30% dari total jumlah yang hadir.

Suara kami jadi lebih didengar, lebih diperhitungkan dalam pengambilan keputusan-keputusan penting dalam suatu rapat atau pertemuan. Hak-hak pekerja perempuan telah kami dapatkan, meskipun masih ada pekerja perempuan yang belum paham betul tentang haknya karena sibuk dengan target kerja. Semangat bekerja karena tuntutan kebutuhan yang tidak sedikit terkadang membuat kami tidak terlalu memperdulikan hal itu.

Kenyamanan dalam bekerja menjadi salah satu hal yang paling kami harapkan. Ketika bekerja sudah diupayakan dengan baik tetapi masih saja belum dihargai oleh pimpinan. Kesalahan kecil yang mungkin sengaja atau tidak sengaja kami lakukan berdampak pada kelangsungan pekerjaan.

Kekerasan dan pelecehan di tempat kerja pun masih menjadi ancaman bagi kami. Bohong kalau misal kita bilang tidak ada. Berbagai upaya telah dilakukan perusahaan untuk mengurangi adanya masalah pelecehan dan kekerasan berbasis gender di tempat kerja. Pemasangan poster di papan informasi per gedung, audio edukasi tentang larangan kekerasan dan pelecehan, dan kesepakatan bersama untuk mencegah serta mengurangi hal tersebut terjadi di tempat kerja pun telah dilakukan.

Namun, Ibu, kami tak bisa menghindari ketika memang sudah menjadi target kekerasan oleh pelaku kekerasan. Untuk kekerasan fisik dan seksual, kami akan tetap berupaya melawan sekuat tenaga yang kami punya, tetapi ada satu hal yang sulit kami lawan dan tolak, tapi itu sakit sekali, Bu.

Kekerasan psikis, iya, jenis kekerasan ini seolah tak tampak tetapi ada dan itu nyata. Yang dihajar adalah mental kami. Kata-kata kasar, perbuatan mempermalukan kami atas kesalahan yang telah kita lakukan di hadapan orang banyak, menyindir, dan menjadikan bahan ghibah yang terus-menerus dilakukan.

Sekuat tenaga berusaha memperbaiki keadaan, meminta maaf, dan berbuat baik pun, tidak mengubah keadaan. Banyak yang memilih pergi dengan resign dari kerja. Ada yang tetap bertahan meskipun air mata tak pernah berhenti menetes. Ada yang beruntung bisa bertemu psikiater sampai akhirnya sembuh, dan yang paling parah mungkin bisa terjadi dengan memilih jalur khusus dan ekspres dengan bunuh diri. Agar rasa sakitnya sembuh selamanya. Amit-amit, semoga kami masih diberikan akal pikiran yang jernih dan bisa berpikir positif menghadapi setiap persoalan.

Ya, terluka, tetapi tidak berdarah, sakit tetapi tidak terlihat dan sering dianggap pura-pura sakit. Tak jarang yang mengira bahwa itu adalah bentuk cari perhatian dan manja kepada orang lain. Bahkan keluarga sendiri bisa juga beranggapan seperti itu, bukan memberikan support system yang baik agar sembuh, malah ikut menyakiti secara tidak langsung.

Tahun 2025 ini, mungkin bisa dibilang tahun yang membuat kami kecewa. Akhir tahun, ada sebuah kegembiraan di mana untuk pertama kalinya ada Upah Minimum Sektoral Kota atau Kabupaten (UMSK) dengan total kenaikan 16%. Upah kami menjadi Dua Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah. Banyak rencana yang kami susun dan mimpi yang kami buat. Tetapi awal tahun, kami dikejutkan dengan adanya perubahan SK PJ Gubernur tentang perubahan UMSK, di mana angkanya turun menjadi Dua Juta Enam Ratus Ribu Rupiah.

Kecewa, iya. Kabar burung yang kami terima, ada ketakutan dari pemerintah Jepara kalau kenaikan yang terlalu tinggi ini berimbas pada hengkangnya investor asing dari Jepara, relokasi pabrik, dan ancaman adanya PHK besar-besaran dari pemilik pabrik.

Kekecewaan itu belum hilang, muncul kabar kenaikan pajak ekspor Amerika Serikat hingga 32%. Hal ini kemungkinan besar berdampak pada perusahaan internasional yang memproduksi brand tertentu yang ada di pasar dagang dunia. Bayangan PHK massal di depan mata jika pasar dagang ini masih belum stabil. Kami pun merasakan dampaknya dengan naiknya harga sembako.

Ibu Kartini, semoga keadaan ini bisa membaik, damai, dan bahagia. Kekhawatiran ini tidak terjadi dan kami masih terus berjuang untuk keluarga kami di kota kelahiranmu. Seperti dalam bukumu, kami yakin, Habis Gelap Terbitlah Terang. Semangatmu terus mengalir dalam diri kami, pejuang rupiah di Bumi Kartinimu. Agar kami bisa memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak kami agar bisa berguna untuk agama, bangsa, dan negara ini kelak. Aamiin.

Cukup sekian surat ini kami sampaikan, sekali lagi terima kasih atas perjuanganmu.
Selamat Hari Kartini tahun 2025, semangat perjuanganmu akan selalu mengalir dalam diri kami. Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang.

Jepara, 21 April 2025
Salam hormat dan santun,
Lisniatun Mun’am
Salah satu buruh pabrik Jepara