Mengacu data dari Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini jumlah penduduk produktif di Indonesia yang menganggur mencapai angka 5,01 persen
(SPN News) Jakarta, Angka pengangguran tersebut memang menjadi angka terendah dalam sejarah Indonesia, tetapi tetap menjadi yang tertinggi kedua di Asia Tenggara. Terbukti dari data BPS jika dibandingkan dengan dua negara Asia Tenggara lainnya yaitu Laos dengan 0,60 persen dan Kamboja dengan 0,10 persen.
Hal tersebut memang menjadi tidak sepadan jika dibandingkan jumlah penduduk masing-masing negara. Dengan jumlah total penduduk sekitar 260 juta, Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat). Selanjutnya, negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan. maka pemerintah perlu menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Isu-isu penting (yang merupakan tanggung jawab pemerintah) adalah penguatan sumber daya manusia Indonesia (sumber daya manusia mengacu pada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan seorang karyawan). Kualitas sumber daya manusia lokal dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan. Saat ini banyak perusahaan mengeluh bahwa sumber daya manusia Indonesia terlalu lemah. Ini berarti bahwa investor lebih suka berinvestasi di negara lain (di mana kualitas pekerja lebih tinggi), sehingga menyebabkan hilangnya peluang dalam hal penciptaan lapangan kerja di Indonesia.
Menurut Muhammad Nur Rizal (Kepala Generasi muda Indonesia) bahwa tantangan ke depan Indonesia sedang menghadapi periode krusial bonus demografi. Hal tersebut disampaikan dalam seminar Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan dan Sekolah Integritas di Jakarta. Dalam data BPS jumlah generasi milenial yang berusia 20-35 tahun mencapai 24 persen atau setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif (14-64 tahun).
“Ketika proporsi anak muda Indonesia yang besar itu ternyata tidak cukup produktif atau bermental lemah, maka jumlah besar itu akan menjadi bencana demografi sehingga niat bangsa ini untuk keluar status negara low-middle income akan terhambat,” ujarnya. Risiko naiknya jumlah pengangguran bisa terjadi dalam konteks ini, apalagi pendidikan kita tidak menyiapkan mereka untuk menghadapi zaman yang kian tak pasti.
“Ketika banyak jenis pekerjaan digantikan oleh mesin, serta SDM dihadapkan pada tantangan yang belum pernah ada sebelumnya, mental kuat dan kreativitas menjadi kunci utama untuk sukses.”
Itu berarti perlunya perhatian pada pengembangan karakter yang fleksibel dan tahan banting untuk menghadapi transisi yang super cepat di era yang disebut revolusi industri 4.0.
SN 07 dikutip dari berbagai sumber/Editor