Jawa Barat menempati peringkat pertama sebagai provinsi yang paling banyak memiliki tingkat pengangguran terbuka (TPT) secara nasional, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Februari 2019
(SPN News) Bandung, Jawa Barat menempati peringkat pertama sebagai provinsi yang paling banyak memiliki tingkat pengangguran terbuka (TPT) secara nasional, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Februari 2019. Dibandingkan data BPS per Agustus 2018, Jawa Barat saat itu menempati posisi kedua setelah Banten.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan TPT Jabar mencapai 7,73 persen. Jumlah tersebut sebenarnya lebih rendah dibandingkan survey sebelumnya sebesar 8,17 persen. Meskipun demikian, secara peringkat, kini Jawa Barat menjadi provinsi dengan TPT tertinggi. Sementara, Banten yang sebelumnya menempati posisi pertama dengan persentase sebesar 8,52 persen, kini berada di posisi kedua sebesar 7,58 persen. Provinsi dengan TPT terendah ditempati oleh Bali sebesar 1,19 persen. Angka tersebut semakin rendah bila dibandingkan data BPS sebelumnya sebesar 1,37 persen. Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Margo Yuwono, mengatakan, tinginya TPT di Jabar dipengaruhi oleh kondisi industri. Selama ini, Jawa Barat dikenal sebagai provinsi dengan jumlah industri yang tinggi. Hal itu memacu penduduk di luar Jawa Barat untuk pindah ke provinsi ini.
Namun akhir-akhir ini, banyak industri di Jabar yang pindah ke Jawa Tengah. Hal itu dipengaruhi oleh tingginya upah minimum regional (UMR) Jabar. “Banyak industri yang pindah ke Jateng karena memiliki UMR jauh lebih rendah,” kata dia saat konferensi pers di Jakarta, Senin, 6 Mei 2019. Menurut Margo, migrasi industri tersebut menyebabkan lapangan kerja di Jabar menjadi berkurang. Di sisi lain, banyak warga luar Jabar yang terlanjur pindah ke provinsi tersebut. “Ini yang akhirnya memacu penganguran menjadi tinggi,” ujarnya.
Sementara, faktor lain adalah banyaknya tenaga kerja di Jawa Barat yang bekerja di sektor pertanian. Namun, saat ini, panen raya bergeser dari sebelumnya Februari – April menjadi Maret – Mei.
“Ini yang menyebabkan saat melakukan survey, buruh tani banyak yang tercatat belum mendapatkan pekerjaan,” ujarnya.
Secara keseluruhan, jumlah angkatan kerja pada Februari 2019 sebanyak 136,18 juta orang. Jumlah itu naik 2,24 juta bila dibandingkan Februari 2018. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga meningkat 0,12 persen poin. Itu berarti dalam setahun terakhir, TPT pengangguran berkurang 50 ribu orang atau menurun menjadi 5,01 persen dari jumlah angkatan kerja 136,81 juta orang. Sementara itu, berdasarkan pendidikan, jumlah TPT tertinggi masih didominasi oleh SMK sebesar 8,63 persen. Posisi kedua lulusan pendidikan dengan TPT terbanyak adalah diploma I/II/III sebesar 6,89 persen.
Menurut Suhariyanto, banyaknya pengangguran dari SMK dan diploma tersebut disebabkan karena lulusan SMK dan diploma yang paling banyak tidak terserap dibandingkan lulusan lainnya. Sementara pengangguran dengan tingkat pendidikan paling rendah adalah lulusan Sekolah Dasar yaitu 2,65 persen. “Ini disebabkan karena mereka (lulusan SD) cenderung tidak memilih-milih pekerjaan,” ujarnya. Jika dilihat berdasarkan daerah, jumlah TPT tertinggi berada di perkotaan yaitu sebesar 6,3 persen. Sementara pengangguran di pedesaan mencapai 3,45 persen.
SN 09 dikutip dari berbagai sumber/Editor