Mengingat industri TPT memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia, maka pemerintah pada tahun ini akan melakukan revitalisasi industri TPT
(SPN News) Jakarta, (18/5/2018) Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) memiliki peran besar terhadap perekonomian Tanah Air. Tengok saja, sepanjang tahun lalu kinerja ekspor sektor TPT Indonesia mencapai US$ 12 miliar. Sedangkan pertumbuhan industrinya sekitar 2,33%.
Agar sektor ini tetap berkembang, pemerintah berniat melakukan revitalisasi sektor hulu industri ini. Fokus revitalisasi industri TPT ini lebih kepada pemberian fasilitas dari sisi regulasi dan kemudahan perizinan.
Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen Industri Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian (Kemperin), mengatakan, rencananya revitalisasi industri TPT dilakukan tahun ini. “Jadi seperti untuk produksi benang, tinta dan keperluan lainnya,” ungkap Sigit (14/5/2018)
Sebelumnya, agar ketersediaan bahan baku industri TPT terpenuhi dari dalam negeri, Kemperin mendorong PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) menghidupkan kembali (revamping) lini produksi purified terephthalic acid . Namun, upaya tersebut masih terganjal oleh proses restrukturisasi utang perusahaan yang belum kelar.
Prama Yudha Amdan, Executive Assistant President Director Asia Pacific Fibers menerangkan revamping produksi purified terephthalic acid tidak hanya akan menguntungkan perusahaannya, tapi bagi industri secara keseluruhan. “Pemerintah bisa melihat urgensi produksi purified terephthalic acid ini sebagai trigger pertumbuhan industri tekstil turunannya nanti,” ujar Prama.
Bila produksi purified terephthalic acid dari Asia Pacific Fibers berjalan lagi, pasokan bahan baku tidak perlu diimpor. Apalagi dengan kapasitas produksi purified terephthalic acid milik Asia Pacific Fibers cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan baku polyester dalam negeri.
Secara keseluruhan, kebutuhan purified terephthalic acid domestik mencapai 1,7 juta ton. Tercatat, kapasitas terpasang produksi purified terephthalic acid dalam negeri mencapai 1,74 juta ton tahun lalu. Namun, dari jumlah tersebut kapasitas produksinya hanya 1,5 juta ton.
Prama menambahkan, revamping memerlukan persetujuan restrukturisasi utang pemerintah dan berefek pada revitalisasi industri TPT secara nasional. “Kami menunggu action pemerintah, seperti apa paket insentif yang nantinya disediakan dalam rangka revitalisasi ini,” urai Prama.
Tahun lalu, POLY membukukan pendapatan bersih sekitar US$ 399 juta. Jumlah ini meningkat 10% dibandingkan tahun sebelumnya, yakni US$ 360 juta. Melihat kinerja yang positif tersebut, tahun 2018 Asia Pacific Fibers menargetkan pertumbuhan bisnis di kisaran 10%–12%.
Shanto dikutip dari Kontan.co.id/Editor