Jakarta, 1 Mei 2025 – Ribuan buruh memadati kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, untuk memperingati Hari Buruh Internasional (May Day) pada Kamis, 1 Mei 2025. Dalam momentum ini, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, menyampaikan pidato penuh semangat di hadapan ratusan ribu buruh dan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Dengan tegas, ia menyatakan, “May Day is not holiday,” melainkan simbol perjuangan buruh melawan ketidakadilan sepanjang sejarah.
Latar Belakang dan Sejarah May Day
Dalam orasinya, Said Iqbal mengingatkan asal-usul Hari Buruh yang berakar dari perjuangan heroik 100.000 pekerja di Amerika Serikat pada abad ke-19. Mereka menuntut sistem kerja “triple eight”—8 jam kerja, 8 jam istirahat, dan 8 jam untuk kehidupan sosial—namun justru dibantai. Tragedi Haymarket, di mana sembilan pemimpin buruh digantung, menjadi tonggak sejarah yang mengukuhkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional.
“May Day adalah pengingat penderitaan buruh. Ini bukan hari libur, tapi hari perjuangan,” tegas Said Iqbal, yang mewakili jutaan buruh Indonesia sebagai Ketua KSPI.
Enam Tuntutan Buruh kepada Presiden Prabowo
Pidato Said Iqbal menjadi sorotan utama karena mengajukan enam tuntutan konkret kepada pemerintah, yang disampaikan langsung di hadapan Presiden Prabowo dan pejabat tinggi lainnya. Tuntutan tersebut adalah:
- Penghapusan sistem outsourcing, yang disebut sebagai bentuk perbudakan modern karena merugikan hak pekerja.
- Pembentukan Satgas PHK untuk menangani gelombang pemutusan hubungan kerja yang meresahkan buruh.
- Penegakan upah layak, dengan apresiasi atas kenaikan upah 6,5% setelah 10 tahun stagnasi.
- Pengesahan UU Ketenagakerjaan baru yang lebih berpihak pada buruh.
- Pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) untuk memastikan keadilan sosial bagi pekerja rumah tangga.
- Pemberantasan korupsi, yang dianggap sebagai musuh utama rakyat dan buruh.
Respon Presiden Prabowo
Kehadiran Presiden Prabowo di Monas menjadi momen bersejarah. Ia mendengarkan pidato Said Iqbal dengan penuh perhatian, menunjukkan keterbukaan pemerintah terhadap aspirasi buruh. Kehadirannya dianggap sebagai sinyal positif bahwa pemerintah berkomitmen untuk memperbaiki kesejahteraan pekerja dan membuka ruang dialog yang konstruktif.
Semangat Persatuan di Monas
Peringatan May Day 2025 di Monas berlangsung damai dan penuh semangat. Ribuan buruh dari berbagai serikat pekerja membawa spanduk, bendera organisasi, dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Mereka menegaskan bahwa hak-hak buruh tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui perjuangan panjang dan solidaritas.
Acara ini juga menjadi pengingat bahwa pembangunan nasional harus berpihak pada rakyat kecil, termasuk buruh yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Makna May Day 2025
Peringatan Hari Buruh tahun ini bukan sekadar seremoni, tetapi panggilan untuk memperkuat perlindungan terhadap pekerja, memajukan keadilan sosial, dan memastikan bahwa suara buruh didengar di tingkat tertinggi. Pidato Said Iqbal dan kehadiran Presiden Prabowo menandai langkah baru dalam hubungan antara pemerintah dan kaum buruh.
Dengan semangat “May Day is not holiday,” perjuangan buruh Indonesia terus bergema, mengingatkan semua pihak bahwa keadilan bagi pekerja adalah fondasi kemajuan bangsa.
(SN-23)