Pengusaha tekstil dan produk tekstil mengusulkan agar jam kerja ditambah dengan alasan untuk meningkatkan produktivitas

(SPN News) Jakarta, Baru-baru ini ada wacana yang diusulkan oleh Pengusaha Indonesia khusunya pengusaha tekstil dan produk tekstil untuk menaikkan jam kerja dari 40 jam dalam sepekan menjadi 48 jam sepekan. Padahal studi menunjukkan bahwa semakin lama jam kerjanya justru semakin turun produktivitasnya. Indonesia merupakan negara yang menerapkan 40 jam kerja dalam seminggu atau 5 hari kerja. Ketentuan tersebut tertuang di UU No 13/2003. Jika dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN jam kerja Indonesia memang termasuk yang rendah.

Menurut laporan International Labor Organization (ILO), negara-negara ASEAN merupakan negara dengan jam kerja terlama di dunia. Dari 10 negara dengan jam kerja terlama di dunia, 9 berasal dari Asia. Peringkat satu yang menyandang sebagai negara dengan jam kerja terlama di dunia disabet oleh Qatar dengan hampir 49 jam seminggu. Peringkat kedua disusul Myanmar & Mongolia yang menghabiskan 48 jam kerja dalam seminggu. Selanjutnya ada juga tetangga kita yang menghabiskan waktu kerja 46 jam seminggu yaitu Malaysia.

Baca juga:  REPUBLIK DOMINIKA REVOLUSIONER! MULAI FEBRUARI, NEGARA INI TERAPKAN EMPAT HARI KERJA DENGAN JAM KERJA LEBIH PENDEK

Rata-rata negara di kawasan Asia Tenggara menghabiskan waktu 43 jam untuk kerja dalam sepekan. Itu berarti durasi jam kerja di Indonesia masih di bawah rata-rata negara-negara tetangga. Memang ada benarnya bahwa produktivitas akan naik jika jam kerja ditambah. Namun fungsi matematis itu tidak bersifat linear, artinya semakin lama kita bekerja output yang kita hasilkan akan semakin banyak. Tentu itu salah besar. Pikiran dan tenaga manusia juga punya batasan, sehingga memperpanjang durasi jam kerja justru akan meningkatkan faktor kelelahan dan stres yang ujung-ujungnya akan justru mengganggu produktivitas.

Mengutip data studi yang dilakukan oleh Our World in Data, negara-negara yang lebih maju ekonominya cenderung memiliki jam kerja yang lebih rendah. Contohnya Amerika Serikat, negara dengan PDB per kapita hampir 15 kali Indonesia seminggunya menghabiskan waktu untuk bekerja sekitar 34 jam. Inggris lebih rendah lagi, dalam seminggu rata-rata orang Inggris bekerja selama 32 jam.

Pengusaha Indonesia yang mengusulkan jam kerja ditambah berharap produktivitas pekerja Indonesia dapat naik dan jadi lebih kompetitif dibandingkan Vietnam. Indonesia memang kalah seksi dari Vietnam di mata investor. Salah satu masalahnya adalah produktivitas.

Baca juga:  PSP SPN PT DUTATEX MENGADU KE WAKIL RAKYAT

Sebenarnya untuk meningkatkan produktivitas bukan dengan menaikkan durasi jam kerja jadi lebih lama. Peningkatan jam kerja lebih lama justru akan menyebabkan permasalahan kesehatan seperti tingkat stres yang tinggi, potensi adanya kecelakaan kerja. Semua itu tentu akan berdampak pada penurunan produktivitas dan ongkos kesehatan yang membengkak. Produktivitas yang terganggu dan ongkos kesehatan yang mahal tentu akan mengganggu perekonomian.

Untuk meningkatkan produktivitas kuncinya ada tiga. Pertama, perbaikan infrastruktur sehingga biaya untuk “doing business” bisa lebih murah. Kedua, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan melalui upskilling (meningkatkan kemampuan) dan re-skilling (memberikan bekal keterampilan ulang).

Ketiga, pengembangan teknologi baik. Bagi Indonesia sebagai negara berkembang ketiga hal tersebut adalah hal yang sangat penting apalagi kita sudah mengalami pergeseran struktur ekonomi yang kini lebih ditopang oleh industri manufaktur dan jasa.

SN 09 dikutip dari berbagai sumber/Editor