Ilustrasi
Jumlah orang yang mengalami kelaparan di seluruh dunia melonjak hingga 25 persen pada 2021 dari tahun sebelumnya.
(SPNEWS) Jakarta, Jumlah orang yang mengalami kelaparan di seluruh dunia melonjak hingga 25 persen pada 2021 dari tahun sebelumnya. Efek negatif dari perang Ukraina dan Rusia dikhawatirkan memperparah jumlah orang kelaparan di dunia.
Seperti dilansir dari Bloomberg, (4/5/2022), berdasarkan laporan Global Network Against Food Crises atau Jaringan Global Melawan Krisis Pangan, risiko akibat harga pangan global yang menanjak pada tahun ini akan menjadi katalis terbesar kenaikan jumlah orang kelaparan di dunia.
Seperti diketahui, perang antara Ukraina dan Rusia memberikan efek negatif kepada pasokan dan harga pangan global di berbagai negara. Harga gandum, kedelai, minyak nabati dan produk pangan lain mengalami kenaikan tajam tahun ini. Kondisi itu diperparah oleh kebijakan proteksi ekspor di beberapa negara yang menjadi produsen pangan dunia. Harga rata-rata pangan dunia pada tahun ini telah menembus rekor dan melampaui capaian pada 2008 dan 2011 yang berkontribusi terhadap krisis pangan global.
Global Network Against Food Crises menambahkan, pada tahun lalu, konflik di negara-negara seperti Ethiopia dan Afghanistan telah memperburuk krisis di kawasan tersebut. Selain itu, guncangan ekonomi akibat pandemi Covid-19 membatasi akses pangan di hampir dua lusin negara di dunia. Di sisi lain cuaca ekstrem, seperti kekeringan parah di Madagaskar, juga memperburuk masalah.
Secara lebih terperinci, sebanyak hampir 193 juta orang di 53 negara atau wilayah menderita kerawanan pangan akut pada tahun 2021. Artinya kekurangan makanan mereka menjadi ancaman langsung bagi kehidupan atau mata pencaharian mereka, menurut laporan tersebut. Adapun pada 2020 jumlah orang yang menderita kerawanan pangan akut mencapai 155 juta orang di 55 negara.
SN 09/Editor