Saya mengenal SPN melalui web spn / www.spn.or.id, setelah beberapa lama saya semakin tertarik dan ingin mengenal lebih lanjut serta ingin berjuang bersama-sama SPN di Kalimantan Timur tempat sayà berada. Setelah melalui proses yang lumayan panjang tepatnya, 28 Januari 2016 DPP Serikat Pekerja Nasional menugaskan saya sebagai Organiser SPN Propinsi Kaltim dengan Nomor Surat Tugas ST.A.00561/DPP SPN / I / 2016. Bung Mahen adalah staf DPP SPN yang banyak membantu saya. Setelah berkomunikasi via email dan telpon ke DPP SPN, saya sempat mengungkapkan komitmen secara langsung kepada Bung Ramidi Abdul Majid, selaku Sekretaris Umum SPN bahwa, saya menyanggupi untuk membangun DPD SPN Propinsi Kalimantan Timur dengan estimasi waktu maksimal 6 bulan. Dalam hati kecil, saya berkeinginan agar dapat melakukannya dengan waktu yang lebih singkat yaitu 4 bulan saja. Saya juga menyampaikan kepada Sekum Ramidi, bahwa saya akan melakukannya dengan segala daya dan kesanggupan atau total all out.

Saya sangat menyadari bahwa, ada begitu banyak rintangan di depan mata ketika memulai mengarungi hutan belantara Kalimantan Timur. Mengapa demikian ? Karena, fokus SPN Kalimantan Timur adalah membangun basis-basis PSP di sektor perkebunan Kelapa Sawit. Saat itu saya masih tinggal menetap di Kontrakan Meubel Kawan Jl.Mulawarman Desa Sepaso Induk Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur dengan waktu tempuh 6 jam menuju Kota Samarinda, Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur.

Dengan bermodalkan sepeda motor akhir Januari 2016, saya mulai melakukan gerilya untuk membangun basis SPN di Kabupaten Kutai Timur khususnya sektor perkebunan Kelapa Sawit. Saya meluncur tepat Pkl 06.00 Wita di hari Minggu, 31 Januari 2016 dengan jarak tempuh 2 Jam dari tempat tinggal menuju PT. Telen Bukit Permata Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur dan disana belasan karyawan perkebunan Kelapa Sawit telah menanti di Camp Divisi I. Mereka terlihat bahagia setelah saya tiba dan langsung menyalami mereka satu persatu. Kehadiran SPN bagi karyawan perusahaan perkebunan Kelapa Sawit dapat di ibaratkan seperti penantian penduduk akan munculnya air di padang pasir.

Setelah kurang lebih 2 jam melakukan sosialisasi SPN di Divisi I PT Telen Bukit Permata, saya dibantu beberapa karyawan melakukan pendataan calon anggota dan segera membuat Berita Acara Pembentukan PSP SPN PT Telen Bukit Permata lalu mengedarkan daftar hadir rapat agar ditandatangani peserta rapat. PSP SPN PT Telen Bukit Permata pun akhirnya terbentuk dan berjalan mengelilingi sejumlah Divisi dimana ada Camp Karyawan dan nginap semalam ditengah suasana kekeluargaan yang begitu akrab bersama karyawan.  Keesokan harinya, tanggal, 1 Februari 2016, terlihat diatas langit PT Telen,cuaca mendung dan akan turun hujan, sedangkan saya harus segera bergeser dari perusahaan tersebut menuju perusahaan berikutnya yaitu PT Hanusentra Agro Lestari di Klolokan Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur dengan waktu tempuh 2 jam dan harus menyeberangi sungai yang menjadi pusat hunian buaya atau dalam kebiasaan lokal menyebut dengan istilah ( nenek ).

Dan setelah 10 menit keluar dari Camp PT Telen, hujan pun turun dan saya harus membungkus tas ransel yang saya bawa berisi laptop dan berbagai dokumen dengan mantel agar terlindungi. Saya sadar bahwa, dengan kondisi jalan yang licin sangat beresiko namun tidak dapat saya hindari sambil perlahan-perlahan bergeser keluar dari perusahaan PT Telen yang jaraknya sekitar 8 Km. menuju jalan aspal. Artinya, di sektor perkebunan, hampir 100 % jalan tidak beraspal melainkan timbunan tanah merah yang kemudian menjadi lumpur jika hujan turun.

Baca juga:  PERWAKILAN BURUH KARAWANG AKAN MENEMUI AHER

Saya terus melanjutkan perjalanan dan rupanya keseimbangan dan daya tahan menjadi pemicu masalah. Sepeda motor  terbanting ke kanan akibat jalan licin dan hampir memasuki jurang 10 meter. Sesaat kemudian, 2 unit Dump Truck melewati saya namun tidak berhenti karena kondisi alam masih diguyur hujan lebat. Saya sendiripun tidak mampu untuk mengangkat motor yang beratnya tidak sepadan dengan kondisi fisik saya. Saya terpaksa menunggu pertolongan jika ada orang lain yang mungkin saja melewati jalan ini. Beberapa saat setelah hujan berhenti, ada sepasang suami istri paro baya mengendarai motor menghampiri saya sambil mengatakan; bapak, Ketua Serikat Pekerja kan? Jawabku, Iya. Aduh…!! Bapak habis kecelakaan ya? Saya pun terdiam saja sambil mengangguk tanpa kata. Ya sudah, Bapak istirahat saja ya, saya panggilkan anggota Serikat yang bekerja di sekitar blok ini. Beberapa saat kemudian, datanglah sejumlah anggota SPN yang baru saja terdaftar semalam, menghampiri saya dan bertanya; Pak Ketua tidak apa-apa? Mereka kelihatan begitu panik dengan musibah yang saya alami. Ada diantara mereka menyarankan agar sebaiknya motor diangkut keatas Dump Truck hingga ke jalan aspal demi keamanan karena total sepanjang 8 Km jalan berlumpur dan kondisi ini tentu sangat sulit.

Baca juga:  VAKSINASI COVID-19 UNTUK ANGGOTA SPN CIREBON BESERTA KELUARGANYA

Setidaknya, atas musibah yang saya alami dan kepedulian yang diterima, meyakinkan hati saya bahwa, ketika ada 1000 orang mengenal saya dalam SPN maka, saya pasti akan diselamatkan dan dibantu dalam 1000 permasalahan  yang saya hadapi.  Bersama SPN, bagi saya secara pribadi, mengarungi hutan belantara, menghadapi cuaca ekstrim merupakan hal biasa dan sungguh – sungguh menantang nyali dan belum tentu semua orang dapat melewatinya.

Dibantu beberapa anggota SPN PT Telen, motor Yamaha R15 diangkut Dump Truck menuju jalan aspal. Saya meminta driver mengantarkan langsung ke SP 1 Kecamatan Kaubun Kab. Kutai Timur tepatnya di pusat pencucian kendaraan. Satu jam kemudian, setelah motor dibersihkan dari kotoran lumpur yang menempel, saya melanjutkan perjalanan menuju PT Hanusentra Agro Lestari melintasi jalur aspal 12 Km dan selanjutnya memasuki penyeberangan GM, kembali dengan kondisi jalan tanah. Penyeberangan motor di GM menggunakan sarana perahu penyeberangan berukuran panjang 3 meter dan lebar 1 meter selama 15 menit. Turun dari perahu penyeberangan, bergerak dengan kecepatan standart ke PT Hanusentra Agro Lestari,lumpur dan kotoran menempel lagi  padahal baru saja dicuci. Perjalanan ke PT Hanusentra Agro Lestari melalui Kampung Tepian Tarap Kecamatan Sangkulirang dan Jam.12.00 Wita, saya memasuki wilayah PT Hanusentra Agro Lestari. Terpancar senyum dari wajah mereka ketika saya tiba di Camp Divisi I dan kemudian, Wihelmus Adeng selaku Komandan Security menugaskan 2 orang anggotanya agar segera menghubungi karyawan di sejumlah divisi untuk menghadiri rapat sosialisasi SPN sore pkl. 17.00 wita. Di perusahaan ini, terdapat 2 etnis pekerja yakni NTT dan Mamasa serta Palopo dengan dominasi pekerja dari Maumere Kabupaten Sikka NTT. Sosialisasi SPN kami lakukan sore hingga malam hari agar tidak mengganggu jam kerja normal.

Saya bangga, karena membangun basis SPN dari hutan, dan kelak akan membawa segudang permasalahan menuju ke kota dan berupaya mengungkapkannya ke public serta mendorong kepedulian semua pihak agar melaksanakan tanggungjawab atas perlindungan ketenagakerjaan terhadap mereka yang selama ini dibungkam oleh perbudakan, ancaman dan kekerasan di perusahaan – perusahaan perkebunan.

Kornelis WG/Coed