Banyak faktor yang membuat industri alas kaki di provinsi Jawa Timur semakin menurun
(SPN News) Surabaya, Ramadan dan Lebaran diprediksi tidak akan mampu menggenjot penjualan sepatu dan alas kaki di Jawa Timur. Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur Winyoto Gunawan mengatakan, jika berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, sebulan sebelum Ramadan biasanya ada peningkatan penjualan sampai dua hingga tiga kali lipat.
”Tahun ini tidak ada perubahan sama sekali layaknya tidak ada Ramadan dan Idulfitri,” tutur Winyoto, (20/5/2018).
Teror bom di Surabaya juga amat berpengaruh. Banyak konsumen yang menahan pembelian karena takut berkunjung ke toko.
”Jadi, tahun ini memang akan stagnan sekali, bahkan cenderung turun,” kata Winyoto.
Pihaknya memprediksi sampai akhir tahun 2018 industri alas kaki di Jatim akan menurun 30–50 persen. Winyoto menambahkan, perlambatan industri sepatu sudah terlihat sejak 2016 sampai sekarang.
”Banyak kebijakan yang berubah, terutama sektor perpajakan,” tutur Winyoto.
Selain penurunan di pasar domestik, pasar ekspor pun terlihat anjlok. Berdasar data Aprisindo, pasar ekspor sepatu Jatim turun 10–20 persen. Melihat kondisi kinerja tersebut, industri pesimistis terhadap kinerja pada semester kedua tahun ini.
”Kami belum yakin alas kaki bisa tumbuh positif,” kata Winyoto.
Menurut Winyoto, pabrikan alas kaki di Jawa Timur yang berorientasi ekspor tahun ini terancam kalah bersaing dengan pasar luar negeri, terutama di kawasan Eropa.
“Sebab, di Eropa Timur sekarang sudah mulai banyak yang membangun lahan industri sepatu di sana sehingga Eropa barat lebih cenderung beli di Eropa Timur,” ungkap Winyoto.
Shanto dikutip dari jpnn.com/Editor