Kehidupan pekerja perempuan di Purbalingga menjadi sorotan karena bisa mengganggu pemenuhan gizi anak, terutama ASI eksklusif

(SPN News) Purbalingga, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah melakukan berbagai langkah untuk menekan angka kasis stunting di daerah yang masih tinggi. Gizi ibu dan anak sejak dalam kandungan harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya stunting. Sebab kasus stunting tak terjadi begitu saja, melainkan dipengaruhi pola hidup dan asupan gizi sejak dalam kandungan. Biasanya, stunting mulai terlihat saat berumur dua tahun. Balita stunting akan terlihat lebih pendek atau kuntet dibanding anak seusianya.

Kehidupan pekerja perempuan di Purbalingga pun menjadi sorotan karena bisa mengganggu pemenuhan gizi anak, terutama ASI eksklusif. Karena itu, perusahaan yang memperkerjakan ibu pekerja mesti dilibatkan dalam upaya ini. Aktivitas ibu pekerja yang padat membuat mereka tak maksimal menyusui bayi. Banyak waktunya dihabiskan di tempat kerja atau pabrik. Sementara bayinya diasuh oleh pengasuh atau anggota keluarga di rumah. Dinkes pun menggandeng 43 perusahaan untuk membuat pojok laktasi, yakni ruangan khusus untuk para ibu menyusui.

Baca juga:  PERUSAHAAN PEMBUAT SEPATU MERK ADIDAS DI TANGERANG DIDUGA PHK DAN POTONG GAJI PEKERJA SECARA SEPIHAK

Menurut Kepala Dinkes Purbalingga, Hanung Wikantono, pojok laktasi dilengkapi freezer untuk menyimpan ASI ibu pekerja selesai kerja, ASI tersebut dapat dibawa pulang untuk disusukan ke bayi atau stok di rumah. Ini adalah solusi untuk memastikan ketercukupan asupan gizi dan nutrisi bagi bayi dan balita di Purbalingga. Dengan pemenuhan gizi yang cukup demikian, angka kasus stunting atau balita kuntet bisa ditekan.

“43 perusahaan kita fasilitasi. Kita mengalah memberi freezer untuk 43 untuk membuat pojok laktasi,” katanya

Selain membuat pojok laktasi, Dinkes mengimbau agar perusahaan-perusahaan memberikan perhatian dan perlakuan khusus kepada ibu hamil dan menyusui. Perusahaan dapat mewajibkan ibu hamil dan menyusui untuk memeriksakan diri ke pusat kesehatan setempat. Perusahaan juga dianjurkan memberikan makanan tambahan bagi karyawannya yang tengah hamil dan menyusui.

Baca juga:  AKSI SOLIDARITAS BERLANJUT KE KEMENAKER

Kasus stunting di Purbalingga tahun 2018 lalu mencapai 26,4 persen per 70 ribu balita di Purbalingga. Angka ini menurun dibanding tahun 2013 yang mencapai 37,6 persen. Tetapi angka itu masih terbilang tinggi dan salah satu tertinggi di Jawa Tengah. Banyaknya pekerja perempuan usia muda ditengarai jadi salah satu pemicunya. Ibu yang bekerja akan terpengaruhi pola hidupnya, termasuk pola asuh dan asupan gizi pada bayi dan balita jadi berkurang. Jika tak mendapatkan penanganan serius, risiko stunting pada balita akan terus terjadi.
“Fungsi proyandu, Puskesmas, dan dukungan perusahaan seperti apa. Makanya kita mencanangkan ASI eksklusif di perusahaan-perusahaan.

SN 09 dikutip dari berbagai sumber/Editor