SPN News – Indonesia terus mengalami kemajuan pesat dalam bidang ekonomi, ditandai dengan peningkatan investasi dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, di tengah euforia tersebut, terdapat ironi berupa masih rendahnya penyerapan tenaga kerja. Dilema ini menimbulkan pertanyaan: apakah kemajuan ekonomi Indonesia benar-benar membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas?

Berdasarkan data resmi, tingkat pengangguran di Indonesia masih berada di angka di atas 5%. Artinya, dari jutaan angkatan kerja, ada ratusan ribu orang yang belum terserap oleh lapangan kerja. Ketimpangan ini semakin memprihatinkan mengingat Indonesia memiliki bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif sedang memuncak.

Para ahli melihat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya penyerapan tenaga kerja. Pertama, dominasi investasi padat modal. Investor cenderung memilih teknologi canggih yang menghemat tenaga kerja, alih-alih teknologi yang padat karya. Hal ini memang meningkatkan efisiensi produksi, namun berdampak pada minimnya lapangan kerja yang tercipta.

Baca juga:  BURUH TANGERANG KURAS HABIS KAWASAN INDUSTRI DI TANGERANG

Kedua, keterampilan tenaga kerja yang belum sesuai kebutuhan industri. Banyak pencari kerja memiliki kualifikasi pendidikan rendah atau keterampilan yang tidak relevan dengan kebutuhan pasar. Akibatnya, mereka kesulitan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan, meskipun lowongan kerja tersedia.

Ketiga, struktur ekonomi yang masih didominasi sektor primer. Sektor pertanian dan pertambangan, meski menyumbang pendapatan negara yang besar, umumnya hanya menyerap sedikit tenaga kerja. Sementara itu, sektor industri manufaktur yang berpotensi menyerap banyak tenaga kerja belum berkembang optimal.

Untuk mengatasi dilema ini, diperlukan berbagai upaya strategis. Pemerintah perlu mengarahkan investasi ke sektor-sektor yang padat karya, seperti industri manufaktur skala menengah dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan menjadi krusial untuk membekali tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan industri.

Baca juga:  5.333 TKA BANJIRI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Di sisi lain, transformasi sektor primer juga mendesak dilakukan. Dengan menerapkan teknologi tepat guna dan modernisasi pertanian, produktivitas sektor ini dapat meningkat tanpa mengurangi penyerapan tenaga kerja.

Harus dipahami, kemajuan ekonomi bukan hanya diukur dari angka investasi dan pertumbuhan PDB. Penyerapan tenaga kerja yang optimal merupakan pengembangan nyata. Hanya dengan memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang untuk mempunyai pekerjaan dan pendapatan yang layak, kita dapat mewujudkan visi kesejahteraan bersama untuk semua.

SN-01/Berbagai Sumber