MEMPERBAIKI DIRI demi KEMAJUAN ORGANISASI

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk kemajuan organisasi, salah satunya dengan memperbaiki diri setiap anggota organisasi tersebut. Seringkali kita tidak menyadari banyak kebiasaan buruk yang dilakukan dan seolah-olah menjadi budaya karena biasa dilakukan oleh banyak orang. Adapun kebiasaan buruk yang menjadi budaya tersebut diantaranya :

  1. Kebiasaan/budaya menghakimi : menghakimi kesalahan tetapi tidak melakukan sesuatu perbaikan/memberikan solusi.
  2. Kebiasaan/budaya membiarkan : melepaskan fungsi control karena tidak peduli dengan keadaan, skeptis/apriori dan tidak mau tahu terhadap keadaan dan masalah yang sedang dihadapi.
  3. Kebiasaan/budaya mengerjakan sendiri : menangani sebagian besar tugas sendirian karena minimnya kepercayaan kepada rekan yang lain atau bawahan.
  4. Kebiasaan/budaya arogansi birokrasi : membuat jarak personal dengan aturan institusional sehingga segala sesuatunya harus bersifat formal padahal ada saat-saat tertentu pekerjaan dapat dilakukan dengan cara informal.
  5. Kebiasaan/budaya menunggu : tidak memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan gagasan program atau dalam perencanaan dan implementasi program.
  6. Kebiasaan/budaya mengharapkan hasil instan : menunggu hasil tinggal jadi karena menghindari kerumitan dan karena rendahnya semangat berusaha.
  7. Kebiasaan/budaya nepotisme : memberikan kepercayaan tugas atau wewenang karena alasan keturunan, kekerabatan dan pertemanan tetapi tanpa kompetensi atau tanpa pertimbangan kemampuan.
  8. Kebiasaan/budaya mencampurkan masalah : menghubungkan atau melibatkan masalah pribadi dengan masalah organisasi.
  9. Kebiasaan/budaya cari muka : menonjolkan diri di depan pimpinan atau orang lain tanpa prestasi atau keunggulan diri sendiri dalam tanggungjawab dan tugas pekerjaan.
  10. Kebiasaan/budaya menutup diri : tidak mau terbuka terhadap masalah yang ada atau sedang terjadi, sehingga merasa menjadi tanggung jawab sendiri dan menjadi beban sendiri.
  11. Kebiasaan/budaya mudah menyerah : melepaskan tanggungjawab organisasi sebelum berusaha keras, maksimal dan optimal.
  12. Kebiasaan/budaya melemahkan orang lain : memburukkan kinerja atau usaha orang lain dengan dirinya sendiri tanpa prestasi atau tidak lebih baik dari orang lain.
  13. Kebiasaan/budaya arogansi senioritas : merasa dirinya lebih berpengalaman, lebih lama jam terbangnya, padahal tidak menorehkan prestasi spektakuler selama berkiprah di organisasi.
  14. Kebiasaan/budaya menonjolkan jasa : menggembar gemborkan jasa diri sendiri, seolah-olah tidak akan meraih sesuatu tanpa dirinya, padahal jasa itu melibatkan peran orang lain, tetapi merasa dirinya berbuat sendiri, sehingga mengecilkan peran orang lain.
  15. Kebiasaan/budaya saling sindir : membicarakan sesuatu atau kritik tetapi tidak jelas tujuan objek yang dibicarakan, sehingga menjadi tidak jelas dan menimbulkan dugaan-dugaan dan melahirkan gesekan atau permusuhan.
  16. Kebiasaan/budaya tidak tepat waktu : mengabaikan komitmen waktu ketika ada agenda, dengan tidak memberikan prioritas pada agenda kerja yang jelas dan penting.

Kebiasaan/budaya tersebut di atas akan menimbulkan hambatan psikologis dalam berorganisasi, sehingga akan membuat kita sulit untuk bekerjasama satu dengan yang lainnya. Apabila kita dapat menghindari kebiasaan/budaya tersebut maka kita akan dapat menumbuhkan budaya egalitarian (persamaan/sederajat), tertib, santun dalam mengelola organisasi dan yang terpenting adalah dapat menumbuhkan semangat kebersamaan dan kerjasama yang tinggi di dalam organisasi.

 

Shanto dari berbagai sumber/Coed